Cari Blog Ini

Senin, 18 Oktober 2010

Dicari Pemimpin Umat MABAR yang Berempati

Kecerdasan intelektual, ternyata bukan satu-satuya modal seorang pemimpin. Masih banyak kecerdasan-kecerdasan lain, yang mesti dan bahkan mungkin harus di miliki seorang pemimpin. Saya dan mungkin kita semua, melihat bahwa ada begitu banyak pemimpin-pemimpin di sekitar kita, atau bahkan yang dekat dengan kita sekalipun, tidak memiliki kecerdasan-kecerdasan lain tersebut.

Dalam konteks kepemimpinan Umat Manggarai Barat. Pemimpin yang di harapkan tentu tidak hanya kecerdasan intelektual, berpaiawai dalam berretorika. Tapi, Seorang pemimpin ummat juga harus memiliki kecerdasan spiritual, yang dengannya ia bisa mengendalikan diri, dari hal-hal yang memabwanya kepada Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Dengan kecerdasan itu pula, ia tidak akan hamba kepada harta, bertekuk lutut pada harta. Tapi ia jadikan harta sebagai sarana untuk berderma, sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Atau lebih tepatnya, ia jadikan harta sebagai sarana untuk habluminallah wa habluminannas. Bukankah Rasulullah pernah mengatakan, sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi yang lainnya. khairunnas amfa’uhim linnas.

Tidak hanya sebatas pada kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual, lalu kemudian kita nobatkan seseorang menjadi pemimpin umat. Masih ada kecerdasan manajerial. Yang dengannya ia bisa menginventarisir persoalan umat, untuk kemudian di buatkan blue print proyek pembangunan umat. Dengan kecerdasan manajerial itu pula, ia mampu membuat analisis SWOT atas berbagi persoalan umat. Dan dengan kecerdasan manajerial itu juga, ia mampu berpikir out of the box. Berpikir di luar kelaziman cara kebanyakan orang berpikir. Sigkatnya, pemimpin umat yang di harapkan Manggarai Barat adalah, mereka yang sedikit tidaknya memahami ilmu manajemen.

Kecerdasan emosional, juga merupakan kecerdsan yang harus di miliki oleh pemimpin Umat Manggarai Barat, yang dengannya ia bisa menata perbedaan menjadi rahmat. Dan dengan kecerdsan itu, ia mampu memahami perbedaan sebagai suatu keniscayaan. Karena memang ia adalah kenyataan sejarah,yang tidak bisa di bantah. Dan dengan kecerdasan emosional itu, ia menjadi perekat dan pemersatu simpul-simpul umat yang mungkin selama ini retak, karena perbedaan pandangan tadi.

Kita mungkin tidak pernah berpikir bahwa, kecerdasan berempati juga modal dasar seorang pemimpin. Mungkin sedikit lebih ekstrim, pemimpin yang tidak memeliki kecerdsan berempati, adalah pemimpin yang mati rasa, yang tidak memiliki nurani kemanusiaan. Dengan memiliki Kecerdasan berempati, seorang pemimpin akan lebih peka dan peduli terhadap persoalan orang-orang di sekitarnya, atau rakyat di pimpinnya. Dengan kecerdasan berempati itulah, ia (sang pemimpin) menjadi pelayan umat, bukan di layani umat. Hanya pemimpin yang memiliki jiwa otoratirian lah yang ingin di layani dan di hormati umat. Dan tentu bukan pemimpin seperti inilah, yang di harapkan Umat Manggarai Barat.

Ada satu lagi modal yang harus di miliki seorang pemimpin, yaitu kecerdasan social. Kecerdasan sosialah yang membuat pemimpin di senangi banyak orang, karena kebaikan yang ia berikan. Senyum tulus, tegur sapa, adalah yang di harapkan masyarakat dari seorang pemimpin. Dengan kecerdsan social seorang pemimpin akan memiliki banyak teman. Pergaulannya lebih dinamis, dan masuk kedalam semua lapisan masyarakat tanpa mengenal suku, agama, ras dan keturunan. Adalah bukan pemimpin yang di harapkan umat, mana kala ia menutup diri dari pergaulan social, tidak pernah terlibat dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan social, jarang melakukan silaturahim dengan masyarakat atau mugkin orang-orang di sekitarnya, atau bahkan mungkin juga tetangga terdekatnya sekalipun. Atau bahkan tidak pernah menjadikan kekuasaanya sebagai sarana untuk berbuat dan berkarya untuk ummat. Saya, kamu, atau mungkinkah kita pemimpin yang di cari itu ?. wallahu’alam



Tidak ada komentar: