Cari Blog Ini

Minggu, 30 Januari 2011

Kualitas Partai Politik

Kualitas Partai Politik dalam hemat saya setidaknya di tentukan oleh beberapa factor, diantaranya adalah kualitas sumber daya yang ada dalam partai, manajemen organisasi yang baik, pola kaderisasi yang rapi dan program-program partai yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dan dari semua itu, factor kekompakan, kebersamaan dari kader partai juga dapat menjadi indicator eksisnya sebuah partai. Karena hanya dengan kekompakan dan kebresamaan mesin partai akan dapat berjalan dengan baik untuk mengekskusi semua program-program partai.

Factor-faktor inilah yang kemudian dalam pandangan saya partai politik akan menuai simpati public. Tidak hanya itu, factor Integritas moral kader partai juga menjadi daya ungkit simpati public. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik lebih di sebabkan karena kurangnya integritas moral dan tidak adanya keselarasan kata dan perbuatan dari kader partai, terutama mereka yang kini duduk di kursi legislative. Dalam banyak kasus misalnya, ada banyak kader partai yang ketika belum menjadi anggota DPRD terus menyapa rakyat dengan mengumbar banyak janji. Namun setelah mereka menjadi orang terhormat, janji manis tinggal kenangan. Dan inilah yang menyebabkan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik.

Lalu bagaimana dengan Partai Islam di Manggarai Barat ?. Akankah sumber daya partai Islam mampu menyuarakan aspirasi umat? Atau bisa saja pertanyaan ini menukik lebih jauh, akankah ada keselarasan kata dan perbuatan dari kader partai Islam, terutama mereka yang kini di wakili oleh Syakar A. Jangku, M.Si, Rusding, SE dari PKS dan H. Abdul Asis, S.Sos dar PBB yang kini di amanahi jadi anggota DPRD ? Untuk menjawab pertanyaan ini, nampaknya terlalu subjektif kalau saya jelaskan di sini. Tapi satu hal yang pasti bahwa saya, dan kita semua mempunyai penilaian yang berbeda-beda tentang hal ini.

Disinilah sebetulnya peran partai politik khususnya Partai Islam di Manggarai Barat, untuk terus melakukan pembinaan yang intensif terhadap kadernya dengan mengikuti pola kaderisasi yang berkesinambungan. Sumbatan kaderisasi inilah kemudian akan melahirkan politisi-politisi karbitan yang tidak mempunyai komitmen yang kuat untuk memperjuangkan kepentingan umat. Saya dan kita semua tentu berharap bahwa tiga partai Islam di Manggarai Barat PKS, PBB dan PPP memiliki kualifikasi-kualifikasi standart sebagai partai yang berkualitas. Tentu, ini akan dapat terwujud jika tidak adanya perpecahan di internal partai Islam tersebut.

Jumat, 21 Januari 2011

Pendekatan Perubahan

Dalam berbagai literature perubahan menyebutkan setidaknya perubahan bermula dari perubahan induvidu. Dalam bahasa yang sangat sederhana AA Gym memformulasikannya dengan konsep 3 M. Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal-hal terkecil dan Mulai saat ini, (Q.S. Ar-Ra’d : 11). Jika perubahan-perubahan induvidu terwujud, maka yakinlah bahwa ia akan berputar kencang menuju perubahan-perubahan social. Atau perubahan itu berawal dari transformasi diri lalu kemudian mewujud menjadi tranformasi kolektif.

Untuk merealisasikan perubahan-perubahan dimaksud juga harus memiliki metodelogi dan pendekatan-pendekatan yang tepat. Sehingga perubahan yang diharapkan dapat berimplikasi pada terbentuknya masyarakat madani atau civil society. Masyarakat madani yang didambakan adalah masyarakat yang berperadaban tinggi, yang berbasis pada nilai, etika dan religiusitas. Dalam hemat saya setidaknya ada dua pendekatan perubahan yang mesti dilakukan untuk mencapai masyarakat madani tersebut. Pertama adalah pendekatan cultural dan yang kedua adalah pendekatan structural.

Dalam konteks umat Islam Manggarai Barat, nampaknya pola pendekatan perubahan diatas masih sangat relevan dengan kondisi umat yang belum menemukan format yang ideal untuk membangaun kebersamaan. Pendekatan perubahan itu juga setidaknya harus menjadi wacana dan bahan diskusi untuk mengekskusi proyek persatuan umat.

Pendekatan cultural dapat dilakukan dengan penyebaran kader ke berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. Kehadiran mereka ditengah masyarakat diharapkan mampu menjadi perekat dan pemersatu umat. Mereka bukan bicara perbedaan, tapi mereka terus bicara tentang kebersamaan. Dan Mereka terus memberikan pendidikan politik tentang pentinganya kebersamaan dan persatuan umat. Pendekatan perubahan cultural bisa dilakukan secara individu dan juga bisa di lakukan melalui lembaga-lemabaga keumatan, yayasan dan ormas. Secara individu dapat dilakukan oleh tokoh agama, tokoh adat, khatib, dan imam-imam masjid. Sementara secara lembaga bisa di lakukan oleh MUI, LPTQ, lembaga pendidikan, yayasan dan ormas. Perubahan yang diharapkan dari pendekatan cultural adalah bottom-up.

Pendekatan structural dilakukan dengan penyebaran kader umat kedalam lembaga formal seperti legislative dan ekskutif dan sector-sektor lain dalam melayani, membangun dan memimpin umat melalui mekanisme konstitusinal. Tujuan keberadaan kader umat dalam lembaga-lembaga dimaksud adalah untuk turut berkontribusi dalam membangun system, membuat kebijakan yang berpihak kepada kepentingan umat. Disamping itu, keberadaan kader umat pada lembaga-lembaga formal tersbut diharapkan mampu mengadvokasi dan mengawal anggaran yang berpihak kepada kepentingan umat. Perubahan yang diharapkan dari pendekatan structural adalah top-down

Kalau saja semua elemen umat Islam Manggarai Barat bekerja menurut bidangnya masing-masing. Dan mereka bekerja untuk sebuah proyek persatuan umat dan tidak merasa bahwa dirinyalah yang paling berperan dalam membangun kebersamaan yakinlah bahwa, cita-cita yang diharapkan kita semua akan lebih cepat terwujud.