Cari Blog Ini

Kamis, 02 Desember 2010

Sikap Reaktif Mencerminkan Kepribadian Kita

Reaktif. Mungkin itulah reaksi yang lazim bagi kita, ketika menghadapi sebuah persoalan. Sebuah sikap yang mencerminkan betapa dangkalnya pengetahuan kita dalam menyikapi persoalan. Sebuah reaksi yang mengindikasikan bahwa memang kita, tidak sabar dalam menghadapi tantangan. Persoalan memang bukan untuk di hindari tapi, ia untuk di hadapi. Tapi pertanyaannya kemudian adalah bagaimana sikap kita menghadapi persoalan itu ?

Ketika seorang anak dengan tidak sengaja memecahkan gelas di dapur. Maka, sudah bisa di tebak reaksi yang muncul dari orang tua atau mungkin kita adalah, ia di marahi, di omeli atau mungkin di pukuli. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah dengan ia di marahi atau dipukuli bisa mengembalikan gelas yang pecah seperti sediakala ?, Apakah dengan cara seperti itu bisa menyelesiakan persoalan ?. Dalam hemat saya, sikap reaktif seperti itu tidak akan menyelesaikan persoalan tapi, justru ia akan memancing persoalan-persoalan baru, yang akan memperkeruh suasana. Yang mesti di lakukan dalam rangka mencari langkah solitif adalah, tanyakan kepada anak itu, kenapa gelasnya bisa pecah, dan beri ia nasehat dengan hikmah agar jangan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Bukankah Islam mengajarkan kepada kita “Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan perkataan yang baik”.

Dalam kasus lain misalnya, ada dua orang yang memiliki persoalan sama. Katakanlah si Mamat dan si Memet. Dalam menghadapi persoalan si Mamat dan si Memet memiliki paradigma yang berbeda-beda atas persoalan yang mereka hadapi. Si Mamat menyikapinya dengan tegang, tergesa-gesa, pusing, stress. Sementara pada saat yang sama si Memet menyikapi persoalannya dengan bijak, kepala dingin, tidak tergesa-gesa, bahkan ia justru menikmati persoalan yang menimpanya. Lalu kemudian, di manakah letak persoalannya ?. Sementara persoalan yang mereka hadapi adalah sama, tapi cara menyikapinya berbeda-beda. Persoalan sebenarnya adalah bukan terletak pada permasalahannya, akan tetapi persoalan yang sesungguhnya adalah terletak pada bagaimana SIKAP kita terhadap persoalan tersebut. Sekali lagi di tegaskan, persoalannya adalah terletak pada SIKAP kita terhadap persoalan tersebut.

Dalam konteks dakwah, sikap reaktif seperti diatas kerap kali kita jumpai dalam menghadapi persoalan, tapi tidak kemudian ia di selesaikan dengan hujat-hujatan, bantah-bantahan dan seterusnya. Dakwah pulalah mengajarkan kepada kita, bagaimana menyikapi persoalan, tidak hanya itu, dakwah juga yang menuntun kita untuk bagaimana mengatasi persoalan. Jika kita cermat membaca buku Dakwah di era Jahriyyah dan Jamahiriyyah karangan Ust. Mahfudz Sidiq, maka disana akan kita jumpai bagaimana semestinya yang di lakukan kader dakwah ketika menghadapi kader yang mungkin sedikit bermasalah “dalam tanda kutip”. Wallahu’alam



Tidak ada komentar: