Cari Blog Ini

Selasa, 26 April 2011

Penyangga Kekuasaan

Jika Allah mentakdirkan kita menang. Lalu kemudian memimpin dan melayani umat dan masyarakat Manggarai Barat. Lalu pertanyaanya kemudian adalah apakah kemudian persoalan kita selesai?. Jawabanya tidak. Justru kita menang dan memimpin persoalan akan semakin rumit dan kompleks. Karena semakin tinggi pohon menjulang ke langit, semakin besar pula peluang untuk diterpa angin. Ada begitu banyak dinamika yang kita hadapi, yang kalau tidak diantisipasi sejak dini, persoalanya akan membias dan membesar. Kita mungkin efuria dengan kemenangan. Tapi apa ia, efuria itu sejalan dengan profesionalitas kinerja kita. Jika ia tidak sejalan, tepatlah yang di katakan Anis Matta, “kadang jabatan-jabatan besar akan meruntuhkan harga diri kita, wibawa dan kerhotaman kita. Manakala jabatan-jabatan besar itu, tidak sepadan dengan kemampuan yang kita miliki.”

Kita mungkin kelabakan, seandainya paket perpaduan Anton Bagul dan H. Abdul Azis pada pemilukada kemarin mulus laju menuju tahta kekuasaan. Kelabakan karena mungkin suporting sistem kekuasaan kita lemah. Atau kelabakan karena penyangga kemenangan kita tidak kuat. Mestinya juga kita bertanya, ada berapa kader muslim yang kini menduduki jabatan struktural di lingkup SKPD Manggarai Barat ? ada berapa kader muslim yang eselon I, eselon II dan seterusnya ? dari semua itu, ada berapa kader muslim yang memiliki kualifikasi administrasi dan kompetensi untuk menjadi kepala dinas, kepala bidang dan kepala seksi ?. Hal-hal seperti inilah yang saya maksudkan dengan penyangga kemenangan atau suporting kekuasaan. Dan ini penting bagi kita, jika kita ingin menang dan memimpin.

Musuh dalam selimut, atau seperti duri dalam daging. Adalah mungkin kata-kata yang tepat jika tidak adanya keterpaduan antara kekuasaan dan penyangga kekuasaan (tidak adanya keterpaduan antara ekskutif dengan SKPD). Kekuasaan itu akan langgeng dan kuat, jika ia di topang oleh penyangga yang kuat juga. Ia akan menjadi bumerang dan akan merong-rong kekuasaan jika tidak ada keselarsan kata dan langkah antara ekskutif dan SKPD. Ada banyak pemimpin di negeri ini yang jatuh karena ulah bawahannya. Gusdur lengser dari tampuk kekuasaan karena penyangga kekuasaanya tidak kuat. Ia sering gonta-ganti menteri.

Dalam hemat saya, proses PNS sisasi kader muslim mungkin merupakan salah satu langkah yang cerdas, sebagai upaya mengisi kekosongan kader muslim di birokrasi. Dan bagi kader muslim yang kini duduk di birokrasi, harus sadar bahwa kebereadaan mereka adalah representasi dari umat. Dan karenanya mereka harus mengedapankan asas profesionalisme dalam bekerja. Serta tidak bertekuk lutut pada harta dan haus akan kekuasaan. Semua kita tentu ingin menang dan memimpin dengan cara-cara yang layak dan berwibawa. Tentu ini akan terwujud jika kita memiliki penyangga kekuasaan yang kuat dan suporting sistem kemenangan yang kuat pula. Biarlah kelak rakyat Manggarai Barat akan mengatakan “Mereka memang layak untuk Memimpin”.