Cari Blog Ini

Selasa, 21 Desember 2010

Renstra PKS Manggarai Barat

Musyawarah Daerah ke -2 Partai Keadilan Sejahtera sudah usai. Akan tetapi, bagi PKS MUSDA bukanlah ajang untuk bermewah-mewah ataupun berpesta pora. Dari MUSDA kita akan merencanakan dakwah kita untuk lima tahun kedepan, mengevaluasi kerja-kerja apa yang sudah kita lakukan sebelumnya. Sekaligus menetapkan target-target internal maupun eksternal hingga tahun 2015. Rencana Staregeis kemudian kita sebut dengan Renstra mempunyai arti penting bagi sebuah gerakan dakwah. Ia adalah harapan, mimpi kita masa depan atau semacam bayangan hasil yang ingin kita capai di masa mendatang. Tanpa renstra , para kader partai pada semua level struktur akan bingung dan bertanta-tanya “kita hendak ke mana ?. Jadi, dengan menetapkan renstra ini, kita memiliki arah yang jelas, semacam kompas penunjuk arah terhadap sasaran yang hendak dicapai.

Setidaknya PKS Manggarai Barat, memiliki dua Renstra besar atau cita-cita besar yang hendak di capai. Ia adalah cita-cita Dakwah dan cita-cita Politik. Pertama cita-cita dakwah, PKS bukan sekedar partai politik an sich. Akan tetapi, pada saat yang sama ia juga adalah partai dakwah, di mana ruang lingkup gerakannya lebih luas dari sekedar partai politik. Dakwah pada hakekatnya adalah mengajak manusia untuk berbuat baik, serta berupaya semaksimal mungkin untuk mencegahnya dari perbuatan tidak baik. Hasil dari dakwah itu diharapkan akan terbentuk keshalehan individu dan pada gilirannya akan terbentuk keshalehan sosial. Atau ada semacam perubahan dari kebaikan perseorangan menjadi kebaikan kolektif . Namun demikian, untuk mewujudkan perubahan dimaksud, kita harus memiliki kemauan yang kuat untuk mengekskusi dakwah itu dalam tindakan nyata. Dan yang harus di pahami oleh semua kader PKS pada semua level struktur adalah bahwa, bagi PKS berpolitik adalah dalam rangka menunjang ibadah kita kepada Allah SWT. Dan dalam ibadah, yang paling penting bukanlah hasil yang ingin di dapatkan, melainkan pada proses yang kita jalani apakah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya atau tidak.

Kedua adalah cita-cita politik. Amanat Muswil ke-2 PKS NTT, dan diperkuat dengan rekomendasi politik PKS Manggarai Barat pada MUSDA beberap waktu lalu, PKS Manggarai Barat harus mampu menghantarkan 3 kader terbaiknya untuk duduk di kursi legislatif pada pemilu 2014 mendatang. Cita-cita itu mungkin sedikit ambisius, atau mungkin saja ia merupakan cita-cita yang teramat realistis. Terlalu ambisius karena memang mesin partai selama ini, tidak dapat bekerja maksimal, ia hanya bekerja menjelang suksesi pemilu dan pemilukada. Pemberdayaan struktrur dan penguatan basis massa masih jauh dari ideal. Cita-cita itu juga bisa di katakan realistis bahkan sangat teramat realistis, karena memang jumlah wajib pilih muslim di Manggarai Barat hampir 22.000, dan idealnya memang dari jumlah wajib pilih itu, umat Islam mampu menghantarkan 6 atau 7 kader terbaiknya untuk duduk di kursi DPRD. Persoalannya kemudian adalah berapa jatah PKS dari jumlah kursi itu ?.

Untuk menunjang dua cita-cita besar di atas, setidaknya PKS Manggarai Barat harus membangun organisasi dakwah yang kuat dan profesional sebagai tulang punggung dakwah , dan juga membangun basis politik yang luas dan merata sebagai kekuatan pendukung partai. Kalau dakwah bersifat elitis-eksklusif maka basis poltik bersifat masif dan terbuka. Kalau basis dakwah berorentasi pada kualitas maka basis politik berorentasi pada kuantitas. Kalau dakwah dibentuk melalui rekrutmen kader yang selektif, maka basis politik dibentuk melalui opini publik. Kalau kader dakwah di bentuk melalui tarbiyah dan proses pengkaderan yang matang maka basis politik di bentuk melalui media massa dan tokoh publik. Begitulah menciptkan sinergi antara dakwah dan politik, antara kualitas dan kuantitas. Keduanya mempunyai peran yang sama-sama strategis

Dan oleh karenanya, indikator keberhasilan dari dua cita-cita besar itu antara lain adalah, adanya transformasi diri dan transformasi struktural dari kader partai atau adanya perubahan cara pandang yang benar dalam memandang PKS serta mampu menata organisasinya secara profesional. Di samping itu, indikator keberhasilannya juga dapat di lihat sejauh mana proses kaderisasinya sehingga terbentuk beberapa binaan dan kelompok haloqah sehingga dapat melahirkan kader-kader yang tidak hanya menambah secara kuantitas, tapi juga terciptanya kader yang memiliki kualitas yang handal. Di samping itu, indikator keberhasilannya adalah terbentuk 75 % struktur DPC dan terbentuknya 75 % struktur DPRa pada basis-basis muslim. Dan yang lebih jauh dari itu adalah, PKS mampu menghantarkan tiga kader terbaiknya untuk duduk di kursi legislatif pada pemilu 2014 mendatang.

Selasa, 14 Desember 2010

PKS Mabar Bantu Korban Banjir Siru

DPD PKS Manggarai Barat memberikan bantuan beras kepada 40 KK korban banjir di Dusun Ngalor Kalo Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat. Demikian di ungkapkan Sumardi, S.Pd Ketua DPD PKS Manggarai Barat. Selain Ketua DPD PKS Manggarai Barat kegiatan tersebut, juga hadir dua anggota DPRD dari PKS Manggarai Barat Syakar A. Jangku, M.Si dan Rusding SE. DPD PKS Manggarai Barat di terima secara adat oleh H. Mustafa Ibrahim Tu’a Golo Siru bersama warga dan sejumlah tokoh masyarakat setempat.

Pada kesempatan tersbut H. Syamsudin, S.PdI, salah seorang tokoh masyakat Dusun Ngalor Kalo, meminta kepada DPRD untuk memperhatikan kondisi dusunya yang hampir setiap tahun terancam banjir. Ia juga meminta agar di lakukan pengerukan dan pelebaran terhadap sungai Kalo mengingat sungai tersebut sudah dangkal akibat tumpukan material banjir. Di samping itu, masyarakat juga berharap sekiranya pemerintah dibuatkan tanggul sepanjang sungai yang di huni warga.
Menanggapi permintaan tersebut, Syakar A. Jangku, M.Si mengatakan dirinya bersama Rusding, SE dan beberapa anggota DPRD Dapil Lembor akan membahas persoalan ini di tingkat dewan. Bahkan, Syakar A. Jangku, M. Si yang juga merupakan anggoata Komisi DPRD Kabupaten Manggarai Barat berjanji, akan mengkomunikasikan persoalan tersebut pada Drs. Agustinus Ch Dulla, Bupati Manggarai Barat. Banjir yang terjadi pada hari Jum’at (10/12/2010) disebabkan meluapnya sungai Kalo setelah di guyur hujan sepanjang hari. Tidak ada korban jiwa dalam bencana naas tersebut. namun sekitar 50 rumah warga banjir setinggi lutut orang dewasa. [smr]

Sabtu, 11 Desember 2010

Hambatan Psikologis Pemimpin PKS MABAR

Semua orang, apapun latar belakangnya, pekerjaannya, disiplin ilmu yang digelutinya dapat menjadi pemimpin. Namun begitu jadi pemimpin, ia harus bisa beradaptasi dengan tuntutan tugas barunya. Tantangan ketua PKS Mangarai Barat yang paling utama adalah ia harus berpikir, berbicara dan bertindak menjadi seorang ketua PKS Manggarai Barat. Bukan lagi ia berpikir, berbicara dan bertindak layaknya anak ingusan yang masih belia. Menjadi pemimpin pada usia yang relatif muda memang memiliki kendala psikologis yang teramat berat. Ia tidak hanya di hadapkan dengan teman seusia dan sebaya dalam perjuanganya. Tapi ia juga dihadapkan dengan mereka yang memiliki wawasan pengetahuan yang luas , memiliki pengalaman empiris yang amat mendalam.

Tapi tidak kemudian ia terlarut jauh dalam hambatan psikologis itu. Ia harus memiliki tekad untuk melakukan akselerasi pembelajaran dalam segala hal. Termasuk dalam keberanian untuk mengambil keputusan. Kaliber seorang pemimpin dapat di ukur dari kemampuannya dalam mengambil keputusan. Keberanian seorang pemimpin dapat diukur dari resiko yang diambilnya. Kalau resikonya kecil, maka keputusannya biasa-biasa saja. Tapi, kalau resikonya besar, baru keputusan itu dianggap berani. Pemimpin yang tidak pernah mengambil resiko dalam setiap keputusan tidak akan mencapai prestasi besar.

Menjadi tua itu pasti. Tapi, menjadi dewasa itu mungkin pilihan. Menjadi pemimpin pada usia belia, membuatnya untuk terus belajar menjadi orang dewasa, yang bijaksana dalam setiap tindakan, dan tepat sasaran dalam setiap keputusan. Dan sebetulnya, disinilah kepemimpinan muda akan teruji, akankah mereka mampu mengejewantahkan idealisme intelektualnya untuk kemudian menyapa realitas masyatakat ?. Konsep, gagasan, dan ide anak-anak muda di sini akan teruji. Akankah mereka mampu memberikan kekuatan pada alam pikiran untuk kemudian merubahnya menjadi tindakan nyata ?. Hanya waktu yang akan menjawab.

Kamis, 09 Desember 2010

Ide Kecil Membangun PKS Manggarai Barat

Musyawarah Daerah DPD PKS Manggarai Barat sudah usai. Tentu, ada banyak harapan yang di emban pemimpin terpilih. Setidaknya harapan itu, PKS Manggarai Barat harus sedikit lebih baik dari periode kepengurusan sebelumnya, atau ada semacam akselerasi perubahan di tubuh Partai Dakwah tersebut. Pemimpin terpilih harus mampu melanjutkan program-program yang sudah di desain kepengurusan sebelumnya. Tidak hanya itu, pemimpin terpilih juga harus mampu melakukan inovasi-inovasi dan terobosan-terobosan baru dalam mengkreat program sesuai kebutuhan masyarakat.

Tantangan kepengurusan kedepanya memang teramat berat. Dan oleh karenanya, harus segera melakukan Konsolidasi Personal dan Konsolidasi Struktural. Konsolidasi personal dilakukan guna mempersiapkan sumber daya kader yang tangguh untuk mendukung dan menopang semua program partai. Kader Partai harus di beri pemahaman yang utuh, agar mereka bekerja maksimal dan dengan niat yang ikhlas serta mengharap ridho Allah. Konsolidasi struktural di maksudkan guna mempersiapkan struktur partai hingga ke tingkat desa sebagai ujung tombak perjuangan. Untuk mewujudkan akselerasi perubahan yang di maksud, setidaknya ada beberapa hal yang mesti dilakukan kepengurusan periode 2010 – 2015, di antaranya :

Pertama Memperkuat Struktur Partai. Ini di lakukan dengan segera melakukan Musyawarah Cabang dan Musyawarah Ranting, untuk melakukan restrukturisasi atau reposisi kepengurusan di tingkat Kecamatan dan tingkat Desa

Kedua Membangun Jaringan Sosial. Adanya upaya dari kader pada semua level struktur untuk dapat mengintegrasikan diri kedalam berbagai kegiatan masyarakat dan turut berperan aktif dalam merencanakan maupun dalam pelaksanaan kegiatan. Kaser PKS harus mampu membangun komunikasi dengan simpul-simpul kekuatan masyarakat, seperti tokoh agama, tokoh budaya, tokoh pemuda, tokoh perempuan, ormas, LSM, dan kalangan pers. Di sinilah kemampuan komunikasi massa dan kelihaian diplomasi kader PKS teruji. Ide, gagasan, pemikiran, dan konsep-konsep kader PKS harus mampu mempengaruhi pola pikir simpul-simpul kekuatan masyarakat tersebut.

Ketiga Mensosialisasikan PKS sebagai Partai Terbuka. Munas ke-2 PKS mempertegas kembali bahwa, PKS adalah partai terbuka. Tidak ada lagi sekat-sekat primordialisme, etnis, budaya, ras dan agama dalam PKS. PKS terbuka bagi semua golongan dan agama. Siapa saja boleh menjadi orang PKS selama ia mengikuti dan mematuhi aturan main yang telah di tetapkan PKS.

Keempat hilangkan kesan ekslusivisme. Ekslusivisme, masih menutup diri dari pergaulan sosial mungkin di antara tantangan yang harus segera di jawab oleh kader PKS. Dalam pandangan banyak orang, PKS masih berkutat membentuk keshalihan individu, mereka belum melampau jauh dalam upaya membentuk keshalihan sosial. Dan oleh karenanya, pergaulan kita jangan hanya di antara sesama kader saja. Yakinlah bahwa, di luar sana masih banyak orang yang ingin bergabung dengan PKS.

Kelima memabangun relasi dengan Pers. Membangun relasi dengan pers adalah sebuah keharusan bagi PKS. Media memiliki peran yang strategis untuk mensosialisasikan program, ide, gagasan dan pemikiran-pemikiran kader PKS. Tidak hanya itu, media juga merupakan salah satu sarana untuk merekayasa ketokohan kader. Setidaknya, dalam satu tahun tiga atau empat kali program, ide, gagasan dan pemikiran-pemikiran kader PKS atau isu-isu aktual yang di daerah harus di respon oleh PKS untuk kemudian di muat di Pos Kupang atau Suara Flores. Dan oleh karenanya, PKS harus mengalokasikan anggaran khusus untuk pers

Gagasan-gagasan di atas tidak akan dapat menyapa realita. Ide-ide tersebut tidak akan wujud menjadi tindakan nyata, jika tidak adanya kemauan yang kuat dan tekad yang membaja untuk merealisasikannya dari kader-kader PKS. Ia akan menjadi realitas jika terbentuk team work yang kuat, semangat pengorbanan yang tinggi dan landasi dengan kerja ikhlas dari kader PKS pada semua level strukur. Dengan penuh kesadaran yang mendalam. Saya yakin dan percaya bahwa gagasan-gagasan dan ide-ide di atas masih jauh dari kesmpurnaan. Dan oleh karenanaya, masukan-masukan ataupun kritikan-kritkan yang konstrktif dari kita semua sangat kami harapkan.

Senin, 06 Desember 2010

Sisi Lain MUSDA PKS Manggarai Barat

Ada sisi lain yang menarik ketika MUSDA ke -2 PKS Manggarai Barat. Usai di lantik menjadi Ketua DPD PKS Manggarai Barat, saya di datangi teman-teman wartawan Pos Kupang dan Flores Pos. Mereka adalah rekan seprofesi saya, di saat saya aktif menjadi Wartawan RRI Ende Daerah Manggarai Barat sejak tahun 2008. Sebelum mereka mencerca saya dengan banyak pertanyaan, rekan saya Gins Wartawan Pos Kupang berbisik. “Bang, berapa kos politik yang abang keluarkan untuk memenangkan pertarungan untuk menjadi orang nomor satu di PKS Manggarai Barat”. Saya hanya tersenyum, sambil menepuk punggungnya, dan saya katakan, tak sepersenpun kocekan rupiah yang saya keluarkan untuk menjadi ketua PKS Manggarai Barat. Tatapan matanya seolah tak percaya dengan kata-kata saya. Lalu kemudian, sedikit saya berkelakar tentang mekanisme dan tradisi Pemilihan Ketua di internal PKS.

Saya katakan, landasan PKS untuk menentukan pemimpinnya adalah “ Jangan berikan pemimpin kepada mereka yang memintanya, dan jangan berikan pemimpin kepada mereka yang memang tidak mau untuk memimpin “. Sehingga tidak ada hingar bingar, kasak-kusuk dari tim sukses yang ingin memenangkan jagoannya. Jadi, tidak ada rival-rivalan dalam PKS, tidak ada lawan dalam pemilihan Ketua. Yang ada hanya kawan yang sama-sama siap berkontribusi untuk partai. Dan bagi saya, tidak ada sesuatu yang amat istimewa menjadi seorang Ketua Partai.
Di tengah saya menjelaskan tentang mekanisme pemilihan ketua di internal PKS, rekan saya Ndarung wartawan Flores Pos, celetuk bertanya, “ Ah, mungkin abang mainnya di Kupang”. Terhadap pertanyaan ini saya katakan, justru yang main mata dengan DPW yang terlebih dahulu di coret menjadi nominasi kepengurusan. Labih lanjut saya jelaskan, semua kita pada posisi menunggu keputusan DPW, sebagai kader partai, kami hanya bisa dengar dan kami laksanakan, tidak lebih dari itu. Cercaan pertanyaan dari dua rekan wartawan diatas adalah sesuatu yang teramat wajar, karena mamang seperti itulah yang kerap kita jumpai pada partai-partai lain dalam prosesi pemilihan ketua. Tidak sedikit kocekan rupiah yang keluar hanya untuk menjadi ketua Partai. Kubu-kubuan sebelum pemilihan ketua nampak terlihat jelas saat proses sidang berlangsung.

Disinilah sebetulnya, kelihaian kader PKS dalam memahamkan Partai Dakwah ini kepada khalayak, kemampuan komunikasi dan kehebatan berdiplomasi sangat di butuhkan seorang pemimpin PKS dalam menterjemahkan nilai-nilai luhur Islam kepada masyarakat. Dan media adalah salah satu sarana untuk mensosialisasikan ruh perjuangan PKS itu. Membangun relasi dengan kalangan pers adalah suatu keharusan bagi PKS. Dan bahkan Montesqiu seorang filosuf Yunani, menempatkan Pers sebagai salah satu pilar demokrasi setelah Ekskutif, Legislatif dan Yudikatif.

Kamis, 02 Desember 2010

PKS Bukan Sekedar Partai Politik

Hasil Wawancara dengan Syakar A. Jangku, M.Si
Anggota DPRD PKS Manggarai Barat)
Menjelang MUSDA II PKS Manggarai Barat

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bukan hanya sekedar Partai Poltik an sich, seperti partai-partai politik pada umumnya. Tapi ia juga adalah partai Dakwah, yang mengajak masyarakat untuk terus melakukan kebaikan serta mencegah kemungkaran dan praktek-praktek KKN yang dapat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat. Dan bagi PKS, politik-kekuasaan bukan merupakan tujuan akhir dari perjuangannya. Tapi politik-kekuasaan dalam persepektif PKS, hanya sarana perjuangan dalam kerangka mewujudkan masyarakat yang madani, adil dan sejahtera. Dan kader PKS harus benar-benar memahami ini. Demikian di ungkapkan Syakar A. Jangku, M.Si, Anggota DPRD PKS Manggarai Barat.

Masyarakat Madani yang di dambakan PKS, dalam pandangan Sykara A. Jangku, M.Si adalah masyarakat yang berperadaban tinggi dan maju, yang berbasiskan pada nilai-nilai, norma, hukum dan moral yang di topang oleh semangat keimanan, menghormati pluralitas, terbuka dan demokratis dengan mengedapankan asas keadilan.

Untuk memerangi keterbelakangan, kemisikinan dan praktek-praktek KKN, harus ada langkah-langkah strategis dan kemauan politik dari politisi PKS. Dan pada saat yang sama, PKS menyadari bahwa membangun Manggarai Barat yang multi etnik, agama ras dan budaya, tidak bisa di lakukan oleh sekelompok golongan tertentu saja. Dan oleh karenanya, membangun diskusi dan komunikasi dengan para politisi-politisi lain adalah sebuah keharusan yang harus di lakoni para politis PKS dalam upaya memerangi keterbelakangan, kemiskinan dan praktek-prakte KKN.

Lebih jauh Syakar A. Jangku, M.Si, mengatakan, PKS Manggarai Barat kedepannya harus terus melakukan komunikasi dengan tokoh-tokoh, simpul-simpul kekuatan umat, ormas-ormas Islam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menyatukan potensi umat dan cara pandang umat dalam melihat realitas umat saat ini. PKS Manggarai Barat harus mampu menjadi lokomotif persatuan umat. PKS harus mampu menjadi problem solver ummat dan masyarakat pada umumnya, kehadirannya harus mampu membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Kepemimpinan PKS yang di harapkan Syakar A. Jangku, M.Si kedepannya, haruslah yang memiliki cara pandang yang komperhensif dalam menata organisasi secara profesional. Konsolidasi personal dan struktural harus menjadi agenda politik Pemimpin PKS kedepannya. Di samping itu Syakar A. Jangku, M.Si juga berharap, pemimpin PKS juga harus memiliki inovasi berpikir, kreatif dalam mengkreasi program serta cepat dalam menanggapi persoalan umat

Sikap Reaktif Mencerminkan Kepribadian Kita

Reaktif. Mungkin itulah reaksi yang lazim bagi kita, ketika menghadapi sebuah persoalan. Sebuah sikap yang mencerminkan betapa dangkalnya pengetahuan kita dalam menyikapi persoalan. Sebuah reaksi yang mengindikasikan bahwa memang kita, tidak sabar dalam menghadapi tantangan. Persoalan memang bukan untuk di hindari tapi, ia untuk di hadapi. Tapi pertanyaannya kemudian adalah bagaimana sikap kita menghadapi persoalan itu ?

Ketika seorang anak dengan tidak sengaja memecahkan gelas di dapur. Maka, sudah bisa di tebak reaksi yang muncul dari orang tua atau mungkin kita adalah, ia di marahi, di omeli atau mungkin di pukuli. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah dengan ia di marahi atau dipukuli bisa mengembalikan gelas yang pecah seperti sediakala ?, Apakah dengan cara seperti itu bisa menyelesiakan persoalan ?. Dalam hemat saya, sikap reaktif seperti itu tidak akan menyelesaikan persoalan tapi, justru ia akan memancing persoalan-persoalan baru, yang akan memperkeruh suasana. Yang mesti di lakukan dalam rangka mencari langkah solitif adalah, tanyakan kepada anak itu, kenapa gelasnya bisa pecah, dan beri ia nasehat dengan hikmah agar jangan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Bukankah Islam mengajarkan kepada kita “Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan perkataan yang baik”.

Dalam kasus lain misalnya, ada dua orang yang memiliki persoalan sama. Katakanlah si Mamat dan si Memet. Dalam menghadapi persoalan si Mamat dan si Memet memiliki paradigma yang berbeda-beda atas persoalan yang mereka hadapi. Si Mamat menyikapinya dengan tegang, tergesa-gesa, pusing, stress. Sementara pada saat yang sama si Memet menyikapi persoalannya dengan bijak, kepala dingin, tidak tergesa-gesa, bahkan ia justru menikmati persoalan yang menimpanya. Lalu kemudian, di manakah letak persoalannya ?. Sementara persoalan yang mereka hadapi adalah sama, tapi cara menyikapinya berbeda-beda. Persoalan sebenarnya adalah bukan terletak pada permasalahannya, akan tetapi persoalan yang sesungguhnya adalah terletak pada bagaimana SIKAP kita terhadap persoalan tersebut. Sekali lagi di tegaskan, persoalannya adalah terletak pada SIKAP kita terhadap persoalan tersebut.

Dalam konteks dakwah, sikap reaktif seperti diatas kerap kali kita jumpai dalam menghadapi persoalan, tapi tidak kemudian ia di selesaikan dengan hujat-hujatan, bantah-bantahan dan seterusnya. Dakwah pulalah mengajarkan kepada kita, bagaimana menyikapi persoalan, tidak hanya itu, dakwah juga yang menuntun kita untuk bagaimana mengatasi persoalan. Jika kita cermat membaca buku Dakwah di era Jahriyyah dan Jamahiriyyah karangan Ust. Mahfudz Sidiq, maka disana akan kita jumpai bagaimana semestinya yang di lakukan kader dakwah ketika menghadapi kader yang mungkin sedikit bermasalah “dalam tanda kutip”. Wallahu’alam



Senin, 22 November 2010

Ketika Penyakit Superioritas Melanda Aktivis Dakwah

Nampaknya, sudah terlampau jauh kita melangkah dalam dakwah. Dalam rentangan waktu itu pula, ada banyak dinamika yang kita lalui dan kita lewati. Dinamika itu, semestinya semakin mendewasakan kita dalam menghadapi persoalan dan tantangan dakwah. Namun dalam kenyataannya, justru kita terus menggerutu dan masih jalan ditempat dalam menyikapi dinamika itu. Belum dewasa dalam menghadapi persoalan dan tantangan dakwah, itu mungkin menjadi tantangan kita. Menjadi orang tua itu pasti, namun menjadi dewasa itu mungkin pilihan.

Superioritas, memandang diri lebih dari yang lainnya, juga diantara penyakit-penyakit dakwah yang dalam hemat saya yang tengah kita hadapi saat ini. Superioritas intelektual, menjadikan pelakunya merasa paling bisa, paling hebat, paling pandai. Sehingga, yang ada dalam benaknya adalah, kalau bukan saya pekerjaan itu tidak tuntas. Superioritas usia tarbawiyah, penyakit ini menghantarkan pelakunya pada sikap acuh tak acuh dan apatis dengan yang lainnya. Sikap ini, biasanya terekespresi dalam mengemukakan pendapat dalam majelis syuro, seolah memberikan instruksi yang mesti di amini oleh orang-orang disekitarnya.
Superioritas ruhiyah, penyakit ini akan dapat membuat pelakunya merasa amal ibadahnya lebih baik dari yang lainnya, dan ini dapat terlihat dari ekspresi dirinya ketika menyampaikan tausiyah-tausiyah ruhaniyah. Muatan tausiyahnya seolah menggurui dengan yang lainnya. Sementara pada saat yang sama kita lupa bahwa, David

Beckham kapten Timnas andalan Inggris menjadi pemain terbaik dunia, karena ia di topang oleh tim kesebelasan yang handal, solid dan kuat. Saya, dan juga mungkin kita semua berharap bahwa, sekiranya catatan-catatan kecil ini, akan menjadi bahan refleksi dan evaluasi diri, refleksi dan evaluasi jama’ah dakwah. Sehingga kita mampu, dan dapat menatap dakwah dengan langkah yang sedikit agak mantap dari sebelumnya. Wallahu’alam

Senin, 08 November 2010

Menterjemahkan Visi Misi PKS dengan Pendekatan Kultur

(Tanggapan atas Comment Kae Ahmad Adil* atas tulisan saya "AMBISI POLITIK PKS MABAR)

Nampaknya menarik untuk merespon masukan-masukan dan rekomendasi-rekomendasi Kae Ahmad Adil atas tulisan saya di akun facebook tentang “AMBISI POLITIK PKS Manggarai Barat ”. Satu hal yang mesti kita apresiasi adalah bahwa, Kae Ahmad Adil merasa PKS adalah bagian yang terintegral dari dirinya, karenanya ia memberikan rekomendasi-rekomendasi yang ilmiah untuk kemajuan PKS Manggarai Barat, dan ini sebetulnya bukti tanggung jawab moralnya atas realitas PKS Manggarai Barat dan kondisi umat Islam di Manggarai Barat saat ini. Sebagai putra asli Manggarai Barat, yang berada diperantuan Kae Ahmad Adil terus memantau perkembangan PKS Manggarai Barat. Pertanyaannya kemudian adalah, kenapa mesti PKS, dan bukan yang lainnya ?. Dalam hemat saya, Kae Ahmad Adil sadar dan dengan penuh keyakinan yang kuat, bahwa PKS adalah satu-satunya partai Islam yang menjadi tumpuan harapan ummat. Dan ini mesti harus dijawab dengan kerja-kerja nyata oleh kader-kader PKS Manggarai Barat.

PKS Manggarai Barat harus mampu menghantarkan tiga kader terbaiknya untuk duduk di kursi legislative pada pemilu 2014 mendatang. Ia merupakan amanat Muswil ke-2 PKS NTT. Cita-cita politik ini harus di jawab dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas oleh kader-kader PKS Manggarai Barat. Menanggapi tulisan diatas Kae Ahmad Adil dalam commentya mengtakan untuk merealisasikan cita-cita politik itu “PKS Manggarai Barat harus mampu menterjemahkan visi misi partai dengan pendekatan budaya, tentu dengan tidak menghilangkan substansi dari visi misi itu“. Setiap daerah pasti memiliki adat dan budaya yang berbeda-beda. Manggarai Barat pun demikian, masyarakatnya tentu memiliki takaran-takaran nilai, etika, estitika yang mereka anut dan mereka yakini kebenaranya. Dan PKS semestinya menghormati itu, dan jadikan ia sebagai khasanah pengetahuan untuk kemudian dipelajari dengan seksama, sehingga PKS mampu berbaur dan masuk serta menyelam ke dalam lubuk hati masyarakat. Mereka mempunyai tata karma, dan etika pergaulan sosial yang memang berbeda dengan daerah-daerah lain. Pelanggaran terhadap tata krama dan etika pergaulan social, akan berdampak pada pengisolasian sosial dan ini akan berdampak pada sulitnya PKS mengakses mereka lebih dalam.

Dalam pandangan saya, belum ada kader PKS Manggarai Barat yang benar-benar memahami budaya Manggarai Barat secara mendalam, kader-kader PKS Manggarai Barat lebih banyak menghabiskan waktunya di negeri perantuan untuk mencari ilmu. Dan oleh karennya, waktu untuk mempelajari adat dan budaya daerah nyaris tiada. Tapi, tidak kemudian kita apatis untuk belajar serta mempelajari adat dan budaya daerah. Budaya Pa’u Tuak atau Pa’u Manuk, acapkali kita jumpai di daerah daratan pedalaman, dan ini setidaknya membutuhkan keahlian khusus untuk menjawab Jaong Adat tersebut. Kondisi ini mengingatkan saya pribadi, ketika Tu’a Golo Datak Desa Golo Ronggot, menyerahkan sebidang tanah waqaf untuk pembangunan masjid di daearah itu, penerimaan saya dan teman-teman dilakukan secara adapt, dengan Pa’u Ca Botol Tuak Agu Ca Manuk Bakok. Karena rata-rata yang datang adalah anak-anak muda yang belum memahami betul adat dan budaya, maka kami hanya bisa menjawab Jaong Adat itu dengan senyum simpul khas anak muda dan menyerahkan uang seadanya sebagai imbalan atas Pa’u Ca Botol Tuak Agu Ca Manuk Bakok.

Pada saat yang sama Kae Ahmad Adil juga berkomentar “Untuk mencapai cita-cita politiknya, PKS Manggarai Barat juga harus melakukan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treatment). Analisis SWOT dipandang perlu dalam sebuah organisasi, hal ini di maksudkan dalam kerangka untuk memetakan, merumuskan, mengolah, menganalisis dan mengekskusi target-target politik yang ingin diraih. Analisasi SWOT akan menjadi penting, karena ia adalah pijakan dan refrensi ilmiah dalam mengoperasionalkan kerja-kerja partai. Dengan melakukan analisis SWOT PKS Manggarai Barat, akan dapat mengetahui kekuatan-kekuatan mereka, sehingga dengan itu, mereka dapat mempertahankan kekuatan-kekuatan yang ada dan tetap berupaya agar kekuatan-kekuatan itu dapat dimaksimalkan di masa-masa mendatang. Tidak hanya itu, Analisis SWOT, akan mengetahui kelemehan-kelemahan mereka, sehingga dengan itu, mereka dapat melakukan langkah-langkah prefentif, agar kelemahan-kelemahan itu bisa di antispatif sedini mungkin. Kemudian dengan analisis SWOT juga, akan dapat mengetahui peluang-peluang kemenangan yang mesti mereka rebut. Dan dengan analisis SWOT PKS Manggarai Barat, akan dapat mengetahui ancaman-ancaman yang dapat menghalau cita-cita politik mereka, untuk mendapatkan tiga kursi pada pemilu 2014 mendatang.

* Ahmad Adil adalah Magister Ilmu Komputer Putra Lembor, Dosen Sekolah Tinggi Manajemen Informatika -STMIK Bumigora Mataram NTB



Jumat, 05 November 2010

Desa Siru di Terjang Banjir

Peristiwa itu tidak pernah mereka bayangkan, atau mungkin saja kejadian itu tidak pernah terlintas dalam alam pikiran mereka. Atau bahkan, lebih jauh dari itu, mereka tidak pernah meminta dalam do’a, ucapan ataupun oborolan-obralan hari-hari mereka akan peristiwa dan kejadian itu. Tapi ia benar-benar terjadi. Bencana Banjir Bandang melanda kampung halaman mereka, Dusun Ngalor Kalo Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

Tanda-tanda alam akan bencana itu memang sudah ada, hujan lebat sepanjang hari mengguyur kampung halaman mereka. Namun, mareka tidak pernah berpikir kalau gejala alam itu akan membawa dampak bencana. Karena memang, akhir-akhir ini hujan terus mengguyur desa mereka, namun tidak membawa dampak apa-apa atas hujan tersebut. Sehingga hujan hari itu (03/11/2010) pun mereka anggap berkah, karena pada saat yang sama mereka memebutuhkan air hujan untuk tanaman-tanaman pertanian mereka.

Sekitar pukul 16.00 WITA, dalam waktu sekejap tiba-tiba air sungai Ngalor Kalo meluap, dan menggenangi rumah-rumah mereka. Merekapun panik, teriak histeris, melarikan diri ketempat yang sedikit lebih aman. Orang-orang tua berteriak mencari anak-anaknya untuk di selamatkan, anak-anak kecil teriak histeris memanggil orang tuanya untuk diselamatkan. Merekapun melarikan diri, dengan membawa anak-anak mereka, dan menenteng harta benda yang masih bisa di bawah untuk menghindari ancaman maut bencana yang besar itu. Dan ada 47 Rumah penduduk yang terendam banjir.

Banjir bandang itu memang tidak menelan korban jiwa. Tapi, harta benda mereka, ternak mereka, padi-padi mereka yang masih didalam karung tidak bisa terselematkan, dan amblas terbawa banjir. Data yang diperoleh kerugian akibat banjir itu, mencapai 160 juta lebih. Antrian panjang sepanjang jalan raya menhubungkan Labuan Bajo dan Ruteng tidak dapat terhindarkan karena memang ketinggian air sepinggang orang dewasa.

Ada 47 KK dan ratusan jiwa yang menjadi korban peristiwa naas yang menimpa Dusun Ngalor Kalo Desa Siru itu. Kini, ke 47 KK itu sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Namun, trauma psikologis akan bencana itu, masih nampak jelas terlihat dari tatapan wajah-wajah polos mereka. Saya, dan semua kita, tentu turut berbelasungkawa dan berduka cita atas bencana yang menimpa saudara-saudara kita di Dusun Ngalor Kalo Desa Siru. Dan kita pun tidak hanya di tuntut untuk bersimpati, tapi pada saat yang sama juga kita di tuntut untuk berempati. Teriring do’a kita terus ucapakan, semoga Allah kuatkan hati mereka, kuatkan kesabaran mereka atas bencana yang mereka alami.

Kamis, 28 Oktober 2010

PKS MABAR : Bergulat Melawan Tantangan

“Bersama PKS Bekerja membangun NTT”. Kalimat inilah yang menyapa saya, dan teman-teman PKS dari berbagai daerah, ketika memasuki Aula Hotel Kristal di Kota Kupang beberapa waktu lalu, saat mengikuti acara Muswil ke-2 PKS NTT. Kalimat itu memang singkat, padat, namun sarat dengan tantangan dan tentu penuh makna. Menurut saya kader PKS NTT, khususnya Manggarai Barat, tidak hanya di tuntut untuk bekerja keras, tetapi mereka juga dituntut kerja cerdas, dan kerja tuntas. Dari semua kerja-kerja itu, satu lagi yang dibutuhkan oleh kader PKS, yaitu ikhlas dalam berjuang dengan semangat pengorbanan tinggi. Akumulasi dari kerja-kerja itulah, maka cita-cita politik PKS Manggarai Barat lima tahun mendatang akan lebih dapat terwujud.

Tantangan memang selalu ada, karena tantangan adalah sunatullah perjuangan. Sehingga benar apa yang di katakan oleh Mohammad Natsir “lebih baik berhenti berjuang, kalau tidak ada aral rintang menghadang. Jangan-jangan kita berjuang bukan karena mengharapkan ridho Allah, tapi berjuang mengharapkan pujian semu manusia”. Mohammad Natsir benar, tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan, tidak ada pengorbanan tanpa kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas, serta di landasi dengan niat yang ikhlas, tentu mengharpakan ridho Allah.
PKS Manggarai Barat harus bekerja mengerahkan semua potensi yang dimiliki untuk melawan tantangan. Tantangannya memang amat berat, tantangan itu datang dari dua arah yang berbeda. Yang pertama mungkin datang dari diri para kadernya (internal), dan yang kedua tantangan itu datang dari luar para kadernya (eksternal). Tantangan bukanlah sesuatu yang harus dihindari, atau bahkan mungkin melarikan diri dari tantangan, akan tetapi tantangan adalah sesuatu yang harus di hadapi. Itulah logika tantangan.

Ekskulsivisme, masih menutup diri dari pergaulan dan pergualatan sosial, mungkin diantara tantangan yang datang dari internal kader PKS sendiri. Dalam pandangan banyak orang, Kader PKS masih berkutat membentuk keshalihan pribadi, mereka belum melampau jauh dalam upaya membentuk keshalihan sosial. Bukankah bobot dakwahnya semakin tinggi, jika kita mampu membentuk sebuah komunitas, yang tidak hanya shaleh secara individu, tetapi juga shaleh secara sosial. Singkatnya, Pergaulan mereka masih cendrung sesama kader-kadernya.

Tantangan itu justru lebih terbuka dan bersifat massif, ketika PKS berhadapan langsung dengan dunia luar. sebuah dunia yang penuh intrik dan penuh dinamika. Di sisnilah daya imunitas kader PKS akan teruji. Akankah mereka mampu melawan gelombang tantangan itu, ataukah justru mereka terhempas gelombang tantangan yang datang setiap saat, tanpa mengenal waktu dan tempat. Kader PKS harus mampu bergulat dengan pemikiran-pemikiran para kompetitor-kompetitornya. Mereka harus mampu menyelaraskan pengetahuan yang didapat dalam komunitasnya dengan dunia luar. Dengan seperti itu kader PKS akan dapat mensejajarkan diri dengan para kompetitor-kompetitornya. Begitulah semestinya kader PKS bekerja. Bekerja melawan tantangan yang datang dari internal kader PKS sendiri, dan juga tantangan yang datang dari ekstrenal PKS. Selamat bekerja

Rabu, 27 Oktober 2010

Ambisi Politik PKS MABAR

Manggarai Barat harus mampu menghantarkan tiga kader terbaiknya untuk duduk di kursi DPRD pada pemilu 2014 mendatang. Ia merupakan amanat Muswil ke-2 PKS, yang di selenggarakan di Kupang beberapa waktu lalu. Cita-cita itu mungkin sedikit ambisius, atau mungkin saja ia merupakan cita-cita yang teramat realistis. Terlalu ambisius karena memang mesin partai selama ini, tidak dapat bekerja maksimal, ia hanya bekerja menjelang suksesi pemilu dan pemilukada. Pemberdayaan struktrur dan penguatan basis massa masih jauh dari ideal. Dan pemilu legislatif kemarin bisa di jadikan cermin berpikir kita bahwa, perolehan dua kursi Aleg PKS nampaknya seperti telur di ujung tanduk, . Kalau saja kita lengah dan sedikit tidak angkat bicara, sudah bisa di tebak kursi itu akan hengkang dari dekapan kita. Sebuah perjuangan yang teramat luar biasa dan tentu melelahkan.

Cita-cita itu juga bisa di katakan realistis bahkan sangat teramat realistis, karena memang jumlah wajib pilih muslim di Manggarai Barat hampir 22.000, dan idealnya memang dari jumlah wajib pilih itu, umat Islam mampu menghantarkan 6 atau 7 kader terbaiknya untuk duduk di kursi DPRD. Persoalannya adalah berapa jatah PKS dari jumlah kursi itu ?. Tidak mudah memang merekapitulasi angka-angka kemenenagan, ada banyak variabel yang melingkupi angka-angka kemenangan itu.

Kini, bola kemenangan itu sudah ada di depan mata kita, bola kemenangan itu sudah hampir dalam dekapan kita, dan bola kemenangan itu akan terus menggelending, yang kalau saja kita masih pesta pora dengan angka kemenangan perolehan kursi pada pemilu kemarin, bisa saja bola kemenangan itu menjauh dan lenyap dalam pandangan kita. Tapi ceritanya mungkin sedikit berbeda, jika kita mampu menangkap bola itu, lalu kemudian kita menggiringnya dengan teknik yang agak berbeda dengan para kompetitor-kompetitor kita, maka angka 3 kursi itu bagi kita nampaknya angka minimum dan tentu kita bisa dapat lebih dari itu.

Maka yang mesti kita lakukan untuk merealisasikan cita-cita kemenangan itu adalah, segera melakukan konsolidasi internal , merapatkan shaf, merapikan barisan. Kita harus gerakkan seluruh mesin struktur sebagai ujung tombak perjuangan, maksimalkan seluruh potensi struktural untuk sebuah cita-cita besar akan kemenangan. Dan dari semua itu, kita harus mampu menciptkan kesan di benak publik. Kesan yang hendak kita ciptakan, haruslah ia terbentuk menjadi pola pikir masyarakat. Dan lebih jauh dari itu, kesan yang hendak kita ciptakan haruslah menjadi buah bibir masyarakat. Sehingga kesan itu akan mengkristal dan mewujud menjadi sikap masyarakat, dan bahkan lebih dari itu, kesan yang kita ciptakan akan menjadi pilihan politik masyarakat pada pemilu 2014 mendatang.

Rabu, 20 Oktober 2010

Menggugat Peran Intelektual Mahasiswa Islam MABAR

Peristiwa itu tidak pernah terpikirkan oleh BJ Habibe, bahkan di luar dugaan bangsa kita. Bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, hanya dalam hitungan detik di balik bilik suara, Timor-Timur lepas dari bingkai NKRI. Sungguh, peristiwa yang memalukan bangsa di mata dunia. Presiden RI yang ke III itu, terlalu PD untuk menyetujui usulan PBB untuk melakukan jajak pendapat. Dan pada saat yang sama, ke-PD-an Habibi, dimaklumi oleh bangsa, untuk menerima tawaran yang fantastis itu, karena memang hampir semua laporan intelejen TNI dan POLRI, jajak pendapat tidak akan mempengaruhi masyarakat Timor-Timur untuk melepaskan diri, dan pergi dari pangkuan ibu pertiwi. Ia mungkin analisis intelelejen yang teramat konyol, yang pernah di negeri ini.

BJ Habibi, TNI dan PLORI, atau bahkan bangsa ini tidak pernah tahu, kalo mahasiswa asal Timor-Timur lah aktor intekeltual di balik semua itu. Menjelang detik-detik terakhir jajak pendapat seluruh mahasiwa Timor-Timur turun door to door mempengaruhi masyarakat Timor-Timur untuk memilih merdeka dan mendirikan negara baru. Mahasiswa Timor-Timur sudah menunaikan tugas sejarahnya, dan tugas itu menempatkan mereka pada panggung kemerdekaan sejarah Timor-Timur. Lalu, bagaimana dengan mahasiwa Islam Manggarai Barat, yang kini tengah bergulat dengan idealisme intelektualnya di negeri rantauan? Akankah mereka mampu menjadi actor sejarah proyek persatuan umat Islam di Manggarai Barat ? ataukah mereka hanya menjadi pembaca sejarah yang cerdas, atau penonoton setia proyek persatuan umat, yang kini tengah di gagas oleh mereka yang peduli akan persoalan tersebut.

Memberikan pendidikan politik akan pentingnya persatuan umat terhadap keluarga terdekat, orang-orang di kampung halaman, atau bahkan orang-orang yang tinggal di desa-desa, merupakan salah satu peran sejarah yang mesti di lakoni mahasiswa Islam Manggarai Barat. Mereka harus mampu meyakinkan keluraga, orang-orang di kampungya bahwa, umat Islam adalah bersaudara. Dan persaudaraan yang di bangun dalam Islam, berdasarkan persamaan Aqidah, bukan berdasarkan ras, keturunan atau golongan. Saya tidak bisa membayangkan, kalau saja mahasiswa Islam Manggarai Barat turun dari tahta idealita intelektualknya dan menyapa masyararakat dengan realitas intelektualnya menjelang suksesi pemilihan pemimpin di daerah ini, saya mempunyai keyakinan yang cukup kuat bahwa, persatuan umat akan dapat terwujud dan lebih jauh dari itu, kemenangan kepemimpinan umat akan dapat terrealisasi.

Peran-peran realitas intelektual itu tidak akan terwujud, kalau saja mahasiswa Islam Manggarai Barat, tidak pernah aktif dan terlibat langsung dalam organisasi-organisasi di kampus. Harapan-harapan itu akan pupus dan kandas di tengah jalan, manakala mahasiswa-mahasiswa Islam Manggarai Barat hanya berkutat antara kos, kampus, kantin, dan kakus atau bahkan mereka suka hura-hura, mabuk-mabukan serta tidak memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk kegiatan-kegiatan yang akan mempertajam pisau analisis intelektualnya. Mereka tidak pernah terlibat dalam diskusi-diskusi ilmiah sebagai wadah tempat bersemainya idelaita intelektual seorang aktivis. Dan merekalah sesungguhnya mahasiswa-mahasiswa yang egois dan apatis, yang kehadirannya kelak sebagai biang keresahan dan kegaduhan di tengah masyarakat. Mereka tidak menjadi solver problem, tapi justru merekalah maker problem. Wahai mahasiswa Islam Manggarai Barat, kaliankah yang di rindukan umat sebagai actor sejarah proyek persatuan umat Islam di Manggarai Barat, ? ataukah kalian justru mengambil peran sebagai pecundang dan pengkhianat persatuan ummat. Salam Mahasiswa

Senin, 18 Oktober 2010

Dicari Pemimpin Umat MABAR yang Berempati

Kecerdasan intelektual, ternyata bukan satu-satuya modal seorang pemimpin. Masih banyak kecerdasan-kecerdasan lain, yang mesti dan bahkan mungkin harus di miliki seorang pemimpin. Saya dan mungkin kita semua, melihat bahwa ada begitu banyak pemimpin-pemimpin di sekitar kita, atau bahkan yang dekat dengan kita sekalipun, tidak memiliki kecerdasan-kecerdasan lain tersebut.

Dalam konteks kepemimpinan Umat Manggarai Barat. Pemimpin yang di harapkan tentu tidak hanya kecerdasan intelektual, berpaiawai dalam berretorika. Tapi, Seorang pemimpin ummat juga harus memiliki kecerdasan spiritual, yang dengannya ia bisa mengendalikan diri, dari hal-hal yang memabwanya kepada Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Dengan kecerdasan itu pula, ia tidak akan hamba kepada harta, bertekuk lutut pada harta. Tapi ia jadikan harta sebagai sarana untuk berderma, sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Atau lebih tepatnya, ia jadikan harta sebagai sarana untuk habluminallah wa habluminannas. Bukankah Rasulullah pernah mengatakan, sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi yang lainnya. khairunnas amfa’uhim linnas.

Tidak hanya sebatas pada kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual, lalu kemudian kita nobatkan seseorang menjadi pemimpin umat. Masih ada kecerdasan manajerial. Yang dengannya ia bisa menginventarisir persoalan umat, untuk kemudian di buatkan blue print proyek pembangunan umat. Dengan kecerdasan manajerial itu pula, ia mampu membuat analisis SWOT atas berbagi persoalan umat. Dan dengan kecerdasan manajerial itu juga, ia mampu berpikir out of the box. Berpikir di luar kelaziman cara kebanyakan orang berpikir. Sigkatnya, pemimpin umat yang di harapkan Manggarai Barat adalah, mereka yang sedikit tidaknya memahami ilmu manajemen.

Kecerdasan emosional, juga merupakan kecerdsan yang harus di miliki oleh pemimpin Umat Manggarai Barat, yang dengannya ia bisa menata perbedaan menjadi rahmat. Dan dengan kecerdsan itu, ia mampu memahami perbedaan sebagai suatu keniscayaan. Karena memang ia adalah kenyataan sejarah,yang tidak bisa di bantah. Dan dengan kecerdasan emosional itu, ia menjadi perekat dan pemersatu simpul-simpul umat yang mungkin selama ini retak, karena perbedaan pandangan tadi.

Kita mungkin tidak pernah berpikir bahwa, kecerdasan berempati juga modal dasar seorang pemimpin. Mungkin sedikit lebih ekstrim, pemimpin yang tidak memeliki kecerdsan berempati, adalah pemimpin yang mati rasa, yang tidak memiliki nurani kemanusiaan. Dengan memiliki Kecerdasan berempati, seorang pemimpin akan lebih peka dan peduli terhadap persoalan orang-orang di sekitarnya, atau rakyat di pimpinnya. Dengan kecerdasan berempati itulah, ia (sang pemimpin) menjadi pelayan umat, bukan di layani umat. Hanya pemimpin yang memiliki jiwa otoratirian lah yang ingin di layani dan di hormati umat. Dan tentu bukan pemimpin seperti inilah, yang di harapkan Umat Manggarai Barat.

Ada satu lagi modal yang harus di miliki seorang pemimpin, yaitu kecerdasan social. Kecerdasan sosialah yang membuat pemimpin di senangi banyak orang, karena kebaikan yang ia berikan. Senyum tulus, tegur sapa, adalah yang di harapkan masyarakat dari seorang pemimpin. Dengan kecerdsan social seorang pemimpin akan memiliki banyak teman. Pergaulannya lebih dinamis, dan masuk kedalam semua lapisan masyarakat tanpa mengenal suku, agama, ras dan keturunan. Adalah bukan pemimpin yang di harapkan umat, mana kala ia menutup diri dari pergaulan social, tidak pernah terlibat dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan social, jarang melakukan silaturahim dengan masyarakat atau mugkin orang-orang di sekitarnya, atau bahkan mungkin juga tetangga terdekatnya sekalipun. Atau bahkan tidak pernah menjadikan kekuasaanya sebagai sarana untuk berbuat dan berkarya untuk ummat. Saya, kamu, atau mungkinkah kita pemimpin yang di cari itu ?. wallahu’alam



Minggu, 03 Oktober 2010

Andai Saja Simpul-Simpul Kekuatan Umat MABAR Kompak ?

Kalau saja simpul-simpul kekuatan Umat Islam Manggarai Barat, bekerja maksimum untuk sebuah proyek peradaban persatuan umat. Kalau saja simpul-simpul itu, tidak merasa kelmpoknya yang paling hebat. Dan kaalu saja simpul-simpul kekuatan umat itu, bekerja dan berkarya menurut bidang garapannya masing-masing. Yakinlah bahwa, persoalan sebesar apapun yang di hadapi umat Islam Manggarai Barat, akan dapat terselesaikan dengan baik. Tentu dengan kerja keras, kerka cepat dan kerja tuntas.

Kita punya MUI, ia adalah simpul kekuatan umat yang sangat strategis untuk membangun persatuan umat. Jika ia bekerja maksimal,maka ia akan mampu merekatkan keretakan umat yang mungkin saja selama ini terjadi. Kita juga punya LPTQ, ia adalah lembaga yang mewadahi pengembangan tilawatil qur’an. Semua kita tentu berharap bahwa, alqur’an bukan hanya sekedar bacaan untuk kemudian di lombakan. Tapi, ia adalah petunjuk yang dapat mengarahkan umatnya menajadi umat yang hanif, takut akan kebeseran Allah.

Kita juga punya Muhammadiyah, ia adalah simpul kekuatan umat yang kalau saja, ia terus melakukan pembinaan umat melalui lembaga pendidikan yang ia dirikan, bukan tidak mungkin akan lahir para pemikir-pemikir dan intelektual-intelektual Islam Manggarai Barat di masa mendatang. Kita juga punya Nahdlatul Ulama dan Nahdaltul Wathan, mereka adalah simpul kekuatan umat, yang kalau saja majelis-majelis ta’lim yang mereka dirikan terus mengarahkan umat untuk terus bertaqrab kepada Allah. Maka akan lahir umat-umat yang memahami Islam, yang tidak hanya di ucapkan dengan lisan, tapi ia juga di yakini dengan hati, serta mampu meng-operasionalisasi-kan ajaran islam dalam kehidupan nyata.

Di Manggarai Barat juga punya madrasah-madrasah, ia adalah laboratorium pendidikan yang akan melahirkan cendikiwan-cendikiwan dan pemimipin-pemimpin tangguh di masa mendatang. Dan pada saat yang sama, kita juga punya ikatan Imam dan Khatib se- Manggarai Barat, ia adalah simpul-simpul persatuan yang dekat dengan umat, yang kalu saja ia optimal dalam membimbing, membina dan mengarahkan umat kepada persatuan umat maka, akan terjadi evolusi besar-besar cara berpikir umat Manggarai Barat, dari cara berpikir sempit yang mementingkan diri dan golongan, berubah dan mewujud menjadi cara berpikir terbuka, dan siap menerima segala perbedaan pandangan.

Kita juga punya remaja masjid, namun ia nampaknya mati suri, tak beraktifitas, tapi eksistensi kelembagaanya masih ada. Kalau saja remaja masjid, punya segudang aktifitas yang mengarahkan generasi muda kepada hal-hal yang bermanfaat, yakinlah bahwa tidak ada lagi cerita anak-anak remaja Islam di Manggarai Barat, yang suka hura-hura, yang suka mabuk-mabukan, dan kenakalan khas remaja lainnya. Remaja adalah pusaran energi peradaban, yang tidak hanya fisiknya yang kuat, tapi pemikirannya juga melampaui ketegaran jasadnya. Pisau analisis pemikiranya masih jernih, dan masih bebas dari kepentingan.

Sekali lagi, kalau saja simpul-simpul kekuatan umat tersebut di atas, bekerja dan berkarya menurut bidang garapannya masing-masing, dan terhindar dari penyakit (ashabiyah) merasa diri, kelompok dan golongannya yang paling hebat dan berperan. yakinlah bahwa, cita-cita besar umat Islam Manggarai Barat, untuk mewujudkan kepemimpinan ummat di masa mendatang, pasti akan terrealisasi . Dan sebetulnya, ini hanya masalah waktu. Sekali lagi hanya WAKTU.


Senin, 27 September 2010

Perubahan Memang Bermula dari Perubahan Cara Berpikir

Perubahan memang bermula dari perubahan cara berpikir, cara memandang persoalan dengan tepat, dan tentu objektif. Perubahan cara berpikir, akan berputar kencang mewujud menjadi perubahan perilaku, sikap dan nilai. Cara pandang yang luas, luwes dan dinamis, akan melahirkan sikap dan prilaku yang elegan dan terbuka. Terbuka menerima segala perbedaan. Perbedaan bukan untuk di benturkan, tapi ia adalah dinamika dan warna social pluralistis yang akan menambah wawasan pengetahuan kita. Itulah perubahan, jika ia lahir dari akal-akal cerdas, akan membuahkan karya-karya besar. Pun sebaliknya.

Cara berpikir yang salah, picik, sempit, inclusive dan menutup diri, akan melahirkan sikap egois, merasa diri yang paling benar, merasa golongan atau kelomponya yang palin hebat, serta tidak mampu menata perbedaan menjadi rahmat. Cara pandang seperti ini, tak ubahnya seperti katak dalam tempurung. Sehingga benarlah yang ungkapkan Bung Karno “ Zaman besar telah lahir, tapi ia dihidupi oleh otak-otak kerdil”. Itulah logikan perubahan

Saya terlalu yakin dan percaya bahwa, jika umat Islam Manggarai Barat ingin melakukan akselerasi perubahan, dalam mewujudkan kebersamaan, kesatuan pandangan dalam memandang persolan umat. Maka, cara yang segera di lakukan adalah reformasi cara berpikir dalam memandang persoalan umat.Simpul-Simpul Islam harus bergerak cepat, untuk merangkul para pemikir-pemikir Islam Manggarai Barat, baik yang di perantuan maupun yang ada di daerah, untuk melakukan konsolodasi berpikir dalam kerangka menyatukan persepsi, membuka tabir persoalan umat, dan dengan segera mencari solusi alternative atas berbagai persoalan yang meliliti umat Islam Manggarai Barat.Sudah bukan saatnya lagi berpikir sempit, mementingkan diri, komunitas, golongan atau kelompok.

Sudah bukan waktunya lagi merasa diri, komunitas, golongan atau kelompoknya yang paling hebat dan benar. Sudah bukan zamannya lagi berpikir sempit, karena ia akan melahirkan karya-karya kerdil, yang tak akan pernah di rekam oleh tinta sejarah. Sudah saatnya kita, merapatkan shaf, merapikan barisan, memperkuat tali silaturahim, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah yang benar-benar di bangun atas dasar persamaan aqidah dan manhaj.

Jumat, 24 September 2010

Wacanakan Kemenangan Itu

Kita memang gagal dalam pemilukada kemarin, paket Perpaduan (Anton Bagul dan H. Asis) berada pada urutan ketiga, dari delapan paket yang berkompetesi. Ia adalah paket perpaduan dua komunitas besar di Manggarai Barat, Islam dan Katolik, daerah pesisir kepulauan dan daratan pedalaman.
Itulah kompetesi, ada yang keluar sebagai pemenang, dan ada juga yang kalah dalam pertarungan. Justru yang salah adalah ketika kita terus terlarut dalam kesedihan kekalahan. Atau mungkin yang paling parah, di saat kita kalah malah di hujat, di caci dan di maki. Idealnya memang adalah kita harus bangkit dari tidur panjang kekalahan kita. Kita harus bergerak dan berpikir cepat, melebihi usia kita.

Kemenangan nampaknya sudah ada di depan mata, takdir kemenangan itu rasa-rasanya sudah dekat dengan kita. Dan kemenangan itu akan berpihak kepada kita, manakala kita mampu merekayasa kemenangan itu. Merekayasa kemenagan dengan segera melakukan konsolidasi kembali kekuatan kita, merapatkan kembali shaf-shaf kemenangan kita, serta mengerahkan semua segala potensi dan sumber daya kita, hanya untuk satu kata “kemenagan”.
Wacanakan kemenangan itu. ikat wacana itu dengan menuliskanya, kuatkan wacana itu mendiskusikanya. Biarkan ia mengalir deras bak gelombang di tengah lautan lepas. Sehingga kelak, waktulah yang akan menjawabnya, dan waktu pulalah yang akan mengabarkan kepada kita bahwa, kemenagan memang jatuh dalam dekapan kita.

Senin, 20 September 2010

Anton Bagul dan H. Asis Peletak Dasar Paket Perpaduan MABAR

Itu hanya eksperimen politik. Atau mungkin yang sedikit lebih ekstrim, mereka terlalu berani untuk mengusung paket perpaduan. Atau mungkin mereka bicara, bahwa figur Muslim yang di usung, belum merupakan represntatif perwakilan umat Islam. H. Abdul Asis belum di kenal banyak kalangan , atau sumber daya H. Abdul Asis, masih standar di bawah rata-rata. Atau bisa saja mereka mengatakan, Anton Bagul salah memilih orang, atau juga sebaliknya, Anton Bagul lah penyebab kekalahan itu, karena ia adalah tokoh yang banyak cacatnya. Sedertan ungkapan ini menjadi wacana public, ketika Paket DAMAI gagal melaju ke tahta kekuasaan pada pemilukada kemarin.

Namun, ceritanya mungkin berbeda, ketika paket DAMAI, mendapatkan legitimasi rakyat, untuk duduk di tampuk kekuasaan. Orang-orang mungkin berkata, memang sekaranglah saatnya kita memimpin, sekaranglah saat yang tepat bagi kader Muslim untuk menjadi bagian dari pengambil kebijakan dalam pembangunan Manggarai Barat. Atau sekaranglah saatnya, daerah ini di pimpin oleh dua komunitas besar, Islam dan Katolik, pesisir kepulauan dan daratan pedalaman.

tulah logika politik kekuasaan, ketika ia menang dalam bertarung, ia di puji dan di hargai. Ia di agung-agungkan dan di hormati. Tapi, ketika ia kalah dalam komptesi, ia di hujat dan di marginalkan. Paket DAMAI memang sudah kalah, tapi satu hal pasti bahwa, secara psikologis, nilai tawar umat islam, sudah mulai di bangun dan di perhitungkan di mata politisi-politisi lain. Politisi-politisi lain akan berpikir panjang dalam kompetesi 2015 mendatang.

Setidaknya Paket DAMAI sudah meletakkan fondasi perpaduan, perpaduan antara dua komunitas besar Islam dan katolik. H. Abdul Asis, telah menancapkan akar bangunan sejarah perpolitikan Islam Manggarai Barat. Ia sudah menunaikan tugas-tugas sejarahnya, dialah peletak dasar paket perpaduan di Manggarai Barat. Dan ia akan tetap terrekam dan di catat sejarah, sebagai orang yang berani tampil sebagai aktor sejarah. Lalu bagaimana dengan kita ?

Minggu, 19 September 2010

Umat Islam MABAR Menanti Janji Gusti Dulla

Gusti Dula sudah di lantik. Ia adalah Bupati yang di kehendaki rakyat Manggarai Barat. Kemenangan yang di dapat, tentu melalui proses yang amat panjang dan tentu melelahkan. Panjang dan melelahkan, karena menguras semua energy berpikir, untuk mensiasati kemenangan. Merekayasa kemenangan itu, juga tidak hanya mengerahkan energy berpikir, tapi ia juga membutuhkan financial yang kaut, sebagai dinamisator untuk memobilisasi dukungan massa. Ya, tepatnya mengerahkan semua petensi dan sumber daya.

Terlepas dari semua itu, takdir kemenangan nampaknya memang ada di tangan Gusti Dula . Gusti telah memulai pekerjaan sejarahnya, ia telah mulai menancapkan kerangka sejarahnya, dan menciptakan peristiwa-peristiwa sejarah kepemimpinanya. Tapi satu hal yang perlu kita ingat bersama, bahwa kemenangan Gusti tidak terlepas dari dukungan tokoh-tokoh Islam, bahkan kalau sedikit kita angkat kepala, umat Islam merupakan penentu kemenangan Gusti. Argumentasi ini rasanya cukup kuat, jika kita melihat basis-basis kemenangan Gusti. Hampir di semua basis-basis muslim, perolehan suara paket Gusti cukup signifikan.
Meski secara politik partai-partai Islam tidak mendukung paket Gusti.Tapi suara umat Islam, juga terbilang luar biasa memilih Gusti. Gusti Dula nampaknya tokoh yang teramat fenomenal. Fenomenal karena memang kepribadiannya sangat integratif. Keterpaduan santun dan rendah hati membuatnya di senangi banyak orang. Di senangi kawan, di segani lawan. Dalam mendukung Gusti, tentu ada komitmen-komitmen yang di bangun antar tokoh-tokoh Islam dengannya. Komitmen-komitmen itu, setidaknya dalam membangun Manggarai Barat lima tahun kedepan, Gusti memperhatikan kepentingan umat Islam, dengan mengedepankan asas keadilan dan pemerataan dalam kebijakan pembangunan. Tidak hanya itu, komitmen-komitmen yang di bangun, setidaknya satu atau dua orang SKPD di pimpin oleh kader Islam.

Saya, dan mungkin kita semua mendegar bahwa, salah satu entry point komitmen itu, adalah Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan di pimpin oleh kader Islam. Dan untuk itu, umat Islam sudah mempersiapkan kadernya yang cukup potensial. Ia adalah kader umat yang terbaik. Latar belakang pengetahuan dan disiplin ilmunya, memperkuat bargainingnya. Keterpaduan pengelaman birokrasi dan emepiris, membuatnya tepat dan layak untuk menduduki jabatan Kadis Perikanan dan Kelautan. Dan memang selayaknya orang Islam, harus di urus oleh orang Islam. Karena yang mengetahui kondisi ril keberadaan umat Islam, hanya sesama Islam. Mengurus Perikanan dan Kelautan, sama halnya dengan mengurus Islam. Karena memang hampir semua nelayan yang ada di Manggarai Barat, adalah orang Islam. Dan kader potensial itu adalah Ir. Abdurahman, M.Si.

Kabinet Gusti memang belum terbentuk, saya dan semua kita tentu berharap bahwa, cabinet yang akan terbentuk nantinya, ada deretan nama-nama kader Islam potensial yang duduk di birokrasi pemerintahan Gusti. Dan satu lagi, nama Abdurrahman adalah salah satu dari deretan nama tersebut, dalam posisinya sebagai kepala Dinas Perikanan dan Kelautan. Sekali lagi, kini Gusti sudah di lantik. Dan kita, menanti janji-janji dan komitmen-komitemennya.

Sabtu, 04 September 2010

Menangislah, Karena Ia Akan Beranjak Meninggalkan Kita

Ah, rasanya hidup ini tak bermakna. Tak bermakna karena memang bergelimangan dosa dan kemaksiatan yang saya, dan mungkin kita semua melakukannya. Dengan sadar ataupun dengan tanpa sadar. Nurani manusia tetap berkata, bahwa yang salah akan tetap menjadi salah, dan yang benar akan tetap menjadi benar. Inilah fitrah manusia, yang oleh Ary Ginanjar menyebutnya, God Spoot, fitrah yang Allah berikan kepada semua makhluk yang bernama manusia. Hanya saja, nafsu serakah kita yang mengelabui, dan tak mau dengar apa sebetulnya, yang ada dalam relung hati kita paling dalam.

Ingin rasanya jiwa ini berteriak, ingin rasanya hati ini menjerit. Beteriak dan menjerit sekuat mungkin. Berteriak dan menjerit, di karenakan ada begitu banyak dosa yang sudah, sedang dan bahkan mungkin akan kita lakukan di hari-hari mendatang. Fitrah manusia , menyadarkan manusia akan substansi Allah menciptkan kita. Sejahat-jahatnya orang, sekejam-kejamnya orang, dalam relung hatinya yang paling dalam, tetap berujar bahwa yang saya lakukan adalah salah, dan sudah pasti mendapat dosa. Itulah Fitrah, manusia ketika ia berbicara.

Betapa maha penyayangnya Allah, memberikan kita satu bulan yang sangat luar biasa. Ia adalah bulan yang penuh ampunan. Ia adalah bulan pembakar dosa-dosa yang telah kita lakukan. Ia adalah bulan Ramadhan. Kini bulan agung tersebut, beranjak meninggalkan kita, sudah kah kita memanfaatkan kehadiran bulan tersebut, untuk bertaqarub Ilallah ? semestinya kita bersedih, sepantasnya kita menangis, karena bulan mulia tersebut, belum tentu bertemu dengan kita tahun depan. Ya, Allah jadikanlah amal Ibadah kami di bulan Ramadhan, sebagai ibadah yang dapat menghantarkan kami, menggapai ridho-Mu. Amin

Ah, Lelah Rasanya Berpikir Untuk Menyempurnakan Sebagian Agama Ini

Aku jadi bingung dan tidak berhenti berpikir, kenapa pikiran itu terus menghantui pikiran ku. Setiap langkah, setiap detak nafas yang keluar, pikiran itu,terus melintas dalam alam pikiran. Apa mungkin, sudah saatnya aku memasuki wilayah yang satu itu ?. sebuah territorial yang mungkin kebanyakan orang tidak pernah berpikir panjang, untuk mensegarakannya, karena memang ia adalah sunnah rasul yang di anjurkan. Tapi tidak sedikit orang gagal dalam menjalankannya, karena mungkin tidak melalui perencanaan yang matang, hingga ia kandas di jalan. Ah, rasanya aku jadi bingung sendiri untuk menjawabnya.

Saya, dan mungkin kita semua percaya. bahwa takdir, bukanlah menyerah tanpa usaha. Tapi ia harus terus di kawal, dan proses pengawalan inilah yang terus ku lakukakan. Dalam keheningan malam ku terus berdo’a. Ya Allah, ada apa dengan hambamu ini ? Kenapa pikiran itu, terus berkecamuk dalam jiwa. Ya Allah, akan kah hal yang sama juga di alami orang-orang di luar sana ? Lelah rasanya jiwa ini berpikir. Hampir segala potensi yang di miliki, ku kerahkan hanya untuk berpikir dan terus berpikir.

Kenakalan cara berpikir, kadang muncul dalam alam jiwaku. Apa betul , semakin kita memikirkannya, semakin dekat pula ia menghampiri kita. Ah, nampaknya semakin kita berpikir, semakin jauh pula ia jatuh dalam dekapan ku. Tidak. Tidak. Tidak, aku harus bangun dari tidurku yang panjang, dari tidurku yang telah menghabiskan energi berpikirku hanya uintuk memikirkannya. Dunia ini teramat luas, tidak sesempit yang pernah ku pikirkan selama ini. Menyempurnakan sebagian dari agama ini, hanya masalah waktu, semuanya telah di atur di lauhil mahfudz sana. Tugas kita hanya menjemputnya, bukan mencari. Karena mencari, bisa saja ia dapat, bisa jadi juga tidak dapat. Ya, hanya masalah waktu saja untuk menjemputnya. Aku hanya bisa sedikit tersenyum dari bangun tidurku yang panjang, ketika mengenang kemabli do’anya Abu Nawwas, YA ALLAH, KALAU BUKAN ITU JODOHKU, PERTIMBANGKAN LAGI, YA ALLAH. Kwikwiwkwiwkwi, heeeeeeeeee…. heeeeeeeeee

Harapan Besar Itu, Ada di Pundak Gusti Maxi

Gusti dan Maxi di lantik, ribuan masyarakat tumpah ruah di jalanan, mereka datang dari berbagai pelosok desa di Manggarai Barat, guna memberikan do’a restu dan dukungan moril terhadap Bupati terpilih Manggarai Barat, periode 2010-2015. Mereka tidak seperti para pejabat dan orang-orang terhormat, datang dan duduk dan menyaksikan langsung prosesi pelantikan oleh Gubernur NTT. Frans Leburaya. Meraka sadar dan tahu diri, bahwa mereka hanyalah rakyat biasa, yang tidak punya tempat untuk melihat secara langsung, bagaimana pemimpin baru mereka di sumpah. Bersumpah agar selama menjabat, tetap dan terus memberikan pengabdian yang tulus kepada seluruh rakyat Manggarai Barat. Meski tidak mendapat tempat, namun mereka tetap semangat, mereka rela berdiri di bawah terik matahari yang teramat panas.

Begitu besar harapan mereka terhadap Gusti dan Maxi, sebuah harapan yang mungkin tidak terbilang istimewa, bagi para pejabat-pejabat dan pembesar yang duduk di kursi empuk. Harapan mereka juga mungkin tidak terlalu muluk-muluk. Mereka hanya ingin air bersih, mereka ingin di bukakan akses jalan, mereka ingin penerangan. Ya, setidaknya hanya itu yang mereka harapkan. Sebuah harapan yang lahir dari kesungguhan jiwa dan keikhlasan hati. Ada hal yang teramat menarik untuk di kaji “ Bupati Manggarai Barat harus sering turun ke desa-desa ” inilah salah satu entri point sambutan pelantikan yang disampaikan Frans Leburaya, Gubenur kita. Gubernur NTT. Leburaya tahu dan benar-benar sadar bahwa, masih banyak daerah-daerah di Manggarai Barat yang belum tersentuh pembangunan. Dan untuk mengidentifikasi kondisi tersebut, pemimpin Manggarai Barat, harus berani turun ke desa-desa, untuk menyerap aspirasi nurani masyarakat.

Pada saat yang sama, Leburaya juga memaparkan perkembangan pertumbuhan perekonomian Manggarai Barat. Saya, dan kita semua tentu terhenyak dengan data-data yang di paparkan Gubernur. Bagaimana tidak, Perkembangan Pertumbuhan Perekonomian Manggarai Barat hanya 3 %, berada pada urutan terakhir dari semua kabupaten/kota yang ada di NTT. Bahkan Kabupaten Manggarai Timur yang masih terbilang belia, masih unggul dengan pertumbuhan perekonomian mencapai 6 %. Pertanyaan yang kemudian mencuat ke permukaan adalah, apakah yang di kerjakan pemerintah selama ini ?, sekali lagi di tegaskan apakah yang di lakukan pemerintah selama ini ? Realita ini memang tidak bisa di bantah , atau mungkin sekeder interupsi atas sambutan Gubernur, karena memang Gubernur bicara data-data, bukan retorika. Setelah di telusuri dengan seksama, ternyata APBD kita tahun 2010 lebih banyak tersedot untuk belanja aparatur dari pada belanja public. Besarnya memang tidak tanggung-tanggung, lihat saja Belanja Aparatur 67,77 % sementara Belanja public hanya 32,23 %. Dalam membangung Manggarai Barat 5 tahun kedepan, Gusti dan Maxi, harus berkaca pada realita. Dan jadikan sambutan Guburner sebagai motivasi, spirit dan sambuk emas untuk membangun Manggarai Barat dengan nurani dan berjiawa besar.

Selasa, 27 Juli 2010

Memoar Dakwah di Daerah Minoritas (1)

Perjalanan itu sungguh melelahkan, ia adalah perjalanan dakwah yang amat menantang, perjalanan yang mebutuhkan tenaga ekstra. Jalan yang rusak dan berlubang. Di atas jalan yang parah itu pula, mereka dituntut untuk ekstra hati-hati, mensiasati jalan yang rusak dan berlubang, menerobos bebatuan yang amat besar.Kalau saja motor bisa bicara, mungkin ia menangis dan menyerah, dan tidak dapat melanjutkan pertualangan dakwah itu. Tidak hanya jalan yang rusak dan berlubang, perjalanan itupun melewati hutan belantara, sungai yang besar, dan tentu menerjang pendakian yang amat tinggi. Kalau saja tidak di dorong oleh rasa kegelisahan bersama, atas kondisi umat Islam di dearah itu, mungkin saja mereka sudah pasrah, dan memilih kembali untuk pulang.

Berangkat dari kegelisahan bersama itu lah mereka, memilih dakwah sebagai jalan hidupnya. Konsekuensi dari pilihannya pun, mereka sudah paham dan sadar bahwa, di depan mereka ada tantangan yang teramat berat. Tantangan itu, tidak hanya datang dari para misionaris, tetapi medan dakwah yang amat berat serta kondisi geografis yang kurang bersahabat pun, mereka sudah pikirkan. Mereka terus berpacu dengan para misionaris, yang gencar melakukan kristenisasi. Karya-karya besar para misionaris itu, kini sudah membuahkan hasil. Sedikit tidaknya banyak sudah yang beralih aqidah di daerah itu. Dan sebagiannya lagi sudah diambang pemurtadan. Yang kalau tidak di lakukan pembinaan lebih dini, bisa saja identitas keislaman mereka lenyap, jatuh dalam dekapan misionaris.

Kelelahan mereka lenyaplah sudah, ketika mereka melihat keceriaan anak-anak generasi Islam di daerah itu. Tatapan matanya seolah memberi isyarat, bahwa mereka ingin belajar tentang Islam, sebagaimana anak-anak yang lainnya. Senyum anak-anak itu teramat tulus, setulus hati mereka yang masih bersih. Pagi itu, Anak-anak itu begitu rapi, duduknya pun berjejer dan bershaf. Pakaian mereka pun, teramat rapi dan bersih. Karena pada pagi hari itu mereka akan di khitan dan di ajarkan syahadat. Hati kami yang hadir saat itu pun, menangis ketika melihat bacaan syahdat anak-anak itu terbata-bata, mengikuti bacaan ustadznya. Meskipun bacaan mereka terputus-putus, namun semangat meraka tetap menggelora.

Ini adalah realita, sebuah kondisi yang memang ril adanya. Ini lah yang terjadi ketika saya dan teman-teman Yayasan Al-Amin Watu Lendo Siru, melakukan Khitanan Massal, di Desa Lale Kecamatan Welak Kabupaten Manggarai Barat. Sebuah kondisi yang sungguh sangat memperihatinkan. Kini, mereka membutuhkan pembinaan yang intensif. Mereka membutuhkan bimbingan-bimbingan ke Islaman. Masih adakah da’i dan da’iyah yang siap berdakwah di daerah tersebut ?

Minggu, 25 Juli 2010

Harapan Besar Orang Tua, Akankah Kita Sia-siakan ?

Begitu besar harapan mereka, begitu kuat keinginan mereka, mereka manaruh harapan besar kepada anak-anak mereka, sekiranya masa depan anak-anak mereka lebih baik dari kondisi mereka saat ini. Mereka begitu semangat, semangatnya begitu menggelora, semangat itu terimplemetasi dalam karya-karya juang mereka. Mereka mendedikasikan seluruh kehidupan mereka untuk bekerja, membesarkan, serta mendidik anak-anak mereka agar menjadi baik. Untuk merealisasikan cita-cita besar itu, mereka berkarja tak mengenal kata lelah, mereka bekerja bersimbah keringat, mereka bekerja membanting tulang, agar kelak anak-anak mereka, sedikit tidaknya, harus lebih baik dari kehidupan mereka saat ini.

Dalam keheningan malam, mereka terlarut dalam sujud panjangnya, seraya terus berdo’a untuk anak-anak mereka, untuk kesehatan anak-anak mereka, yang tengah merantau di negeri orang untuk mencari secuil ilmu. Mereka rela bekerja apa saja, yang mungkin barangkali bagi kebanyakan orang pekerjaan yang mereka lakoni adalah pekerjaan yang rendah, dan bahkan mungkin hina. Namun hati mereka begitu teguh, seteguh keyakinan mereka akan kebesaran dan pertolongan Allah. Selama pekerjaan itu masih dalam koridor syariat, mereka akan tetap lakukan, meskipun taruhannya perasaan mereka yang terus di cibir oleh orang-orang disekitar mereka. mereka menelan pil pahit cobaan itu, hanya untuk membahagiakan anak-anak mereka, yang tengah berjuang dan bergulat, dengan pengetahuan di negeri rantauan.

Senyum mereka begitu tulus, setulus harapan mereka yang lahir dari hati dan jiwa yang bening. Mereka hanya tamat SMA, SLTP atau mungkin mereka, hanya mengenyam pendidikan setingkat SD atau bahkan putus SD. Namun semangatnya begitu kuat, untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga ke pendidikan yang lebih tinggi. Mereka tidak ingin anak-anaknya, hanya mendapatkan pendidikan hingga SMA. Mereka yakin dan sadar bahwa, warisan pendidikan jauh lebih berharga ketimbang harta.
Kami yakin dengan penuh kesdaran yang sungguh, kami tidak akan mampu membalas jasa baik mereka.

Mereka telah mengorbankan segala yang mereka miliki, untuk anak-anaknya. Mereka tidak menuntut banyak, jika kelak anak-anaknya sukses. Mereka malah berbangga manakala anak-anaknya, lebih baik dari kehidupan meraka. Ya Allah, begitu besar pengorbanan kedua orang tua kami, begitu besar perjuangan mereka. Mereka telah bersusuh payah, mendidik dan membesarkan kami, membiayai pendidikan kami. Ya Allah, kepadamu kami bersimpuh dan berharap, sekiranya Engkau memafkan kesalahan-kesalahan mereka, mengampuni segala dosa-dosa mereka, serta tempatkan mereka di surgu-Mu. Amin

Selasa, 20 Juli 2010

Bacalah, Niscaya Engkau akan Mengetahui

Membaca, mungkin bagi kebanyakan orang hanyalah aktifitas hambar tanpa manfaat. Ia mungkin di anggap, sebagai aktifitas yang jenuh dan membosankan. Atau barangkali banyak orang yang membaca, namu mereka tidak mendapatkan apa-apa dari yang mereka baca. Mereka membaca hanya sekedar penghantar tidur di malam hari. Atau mungkin ada di antara mereka yang enggan untuk membuka lembara-lemabaran buku, entah karena apa, mereka sepertinya, tidak memiliki semangat yang kuat, tekat yang membaja untuk melahap bahan-bahan bacaan. Kerap kali mereka membaca hanya sekedarnya saja, tak merampungkan bacaan sampai tuntas.

Apakah yang kita baca hanya buku ? membaca idelanya memang adalah, bukan hanya membaca buku. Masih banyak bahan-bahan bacaan lain yang mesti juga kita garap. Misalnya surat kabar atau koran, darinya kita dapat mengetahui perkembangan-perkembangan teraktual, dari dalam dan luar negeri. Bukankah ayat pertama kali yang diturunkan Allah adalah IQRO’ “Bacalah”. Sebetulnya ini adalah isyarat sejarah, yang memang mau tidak mau, suka ataupun tidak suka kita dianjurkan untuk membaca. Membaca dalam hal ini, tidak hanya membaca Al-Qur’an, buku, Koran, majalah. Tetapi juga kita di anjurkan untuk membaca lingkungan yang ada di sekitar kita, serta membaca perkembangan zaman

Membaca tidak hanya akan menambah pengetahuan kita, tapi ia juga akan membuat wawasan kita semakin bertambah, dan tentu ilmu kita juga semakin banyak. Pengetahuan yang kita dapat dengan cara membaca, akan sangat bermanfaat bagi kita.
Membangun tradisi membaca, bukanlah pekerjaan gampang, membangun kebiasaan membaca juga bukan pekerjaan mudah. Ia tidak hanya cukup dengan membeli buku-buku bermutu, ia juga tidak hanya cukup dengan membangun pustaka pribadi. Akan tetapi, ia bukan juga sebuah pekerjaan yang terlampaui sulit untuk dilakukan.

Yang di butuhkan bagi mereka yang mau dan yang suka membaca, hanyalah kemauan yang kuat, tekat yang membaja dan didorong oleh rasa keingintahuan, yang terus menggeloora dalam jiwa. dan inilah yang kita sebut dengan motivasi. Dan motivasi itu sendiri adalah keadaan dalam diri induvidu yang memunculkan, mengarahkan dan mempertahankan prilaku, atau dengan kata lain dorongan terhadap diri agar mau melakukan sesuatu. Dan pada saat yang sama, membangun kebiasaan membaca, harus di mulai dari kepribadian induvidu.

Pada mulanya, kita lah yang membentuk kebiasaan untuk membaca. Pada fase ini memaksakan diri untuk membaca adalah, sesuatu yang mutlak di lakukan. Kalau kebiasaan-kebiasaan itu sering dan terus di lakukan maka, pada gilirannya kebiasaan-kebiasaan itu, akan menjadi karakter atau prilaku. Jika kebiasaan-kebiasaan membaca sudah menjadi karakter, maka selanjutnya karakter membaca akan menjadi kebutuhan. Dan pada gilirannya, jika membaca sudah menjadi kebutuhan, maka kepribadian kita akan di tuntun oleh arah arus pemikiran kita, untuk membaca dan terus membaca.

Jumat, 16 Juli 2010

Islam dan Manggarai Barat

“Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan pada suatu kaum, maka tidak yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Allah (Q.S. ar-Ra’d : 11)

Kutipan ayat di atas adalah petunjuk wahyu dan merupakan warning dari Allah, yang di tunjukkan kepada umat Manusia, bahwa perubahan-perubahan besar yang sudah, sedang dan tengah kita upayakan tidak akan nampak dan kelihatan, manakala produktfitas kinerja kita, tidak menunjukkan adanya perubahan. Perubahan-perubahan besar yang menjadi cita-cita kita semua akan dapat terwujud manakala kita monorehkan karya-karya besar, kinerja-kinerja besar untuk sebuah perubahan-perubahan besar pula.

Islam dan Manggarai Barat adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, keduanya merupakan dua sisi mata uang yang memang saling membutuhkan dan saling melengkapi. Islam adalah sistem serta prinsip hidup bagi umat Islam. Islam adalah aqidah dan ibadah, jihad dan politik, system hukum dan perundang-undangan. Sedangkan Manggarai Barat adalah tempat kita berpijak untuk melakukan berbagai aktivitas guna menunjang pengabdian kita kepada sang khaliq. Manggarai Barat adalah ladang amal untuk mengejewantahkan secara operasioanal seluruh ajaran Islam dalam bentuk ibadah. Dan ibadah itu sendiri adalah puncak ketundukan dan kepatuhan kita kepada Allah.

Kini, umat Islam Manggarai Barat dihadapkan banyak persoalan. Dan persoalan ini jika terus dibiarkan, ia akan menjadi kronis, dan kalau sudah mencapai puncaknya, maka cukup sulit dicarikan solusinya. kita akan segera beranjak dari lilitan persoalan itu, manakala kita saling bahu-membahu, kita bergandengan tangan, dengan meneriakan satu kata “persatuan ummat”. Dan persatuan ummat ini akan dapat terrealisasi, jika kita memiliki cara pandang yang sama, cara sikap yang sama dalam memandang berbagai persoalan umat. Kita tidak akan pernah keluar dari kungkungan persoalan, manakala semangat kebersamaan tidak pernah kita pupuk dan ditumbuh-suburkan, serta semangat persaudaraan tidak pernah kita bina.

Jika dalam jiwa dan hati kita, tertanam rasa persaudaraan yang di bangun diatas landansan aqidah yang benar. Jika kita memiliki cara pandang yang sama untuk memecahakan batu besar persoalan yang menimpa umat Islam Manggarai Barat. Dan jika kita sudah keluar dari ego pribadi, serta mencoba keluar, dan lari menuju lapangan dengan memekikkan kata “persatuan umat”. Maka, langkah selanjutnya adalah, kita juga harus menyiapkan sumber daya yang mumpuni. Sebab, kalau semangat kebersamaan saja yang kita bangun, sementara kita tidak memiliki kader potensial yang merupakan representative ke-inetelektualan umat, untuk memperjuangkan aspirasi umat, maka perjuangan kita akan pincang dan sudah barang tentu pengorbanan kita untuk menyatukan cara pandang umat Islam akan sia-sia.

Adanya ketimpangan pembangunan yang terjadi didaerah ini, merupakan isyarat belum adanya keterwakilan umat Islam yang benar-benar representative yang mampu mengawal kebijakan agar berpihak kepada kepentingan umat. Sudah saatnya kita berkaca pada realita, sudah saatnya kita merapatkan shaf merapikan barisan guna merumuskan langkah-langkah strategis, dalam rangka mencari solusi yang konstruktif atas berbagai persoalan yang melilit Umat Islam Manggarai Barat. Dan bukankah Allah telah mengisyaratkan kepada kita bahwa persatuan umat adalah kemestian yang harus terus kita jaga. Dan berpegang teguhlah kamu kepada tali Agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai (Q.S. al-Imran : 104)

Sabtu, 10 Juli 2010

Modal Dakwah di Daerah Minoritas

Ada begitu banyak hasrat terlintas dan yang berkecamuk dalam alam pikiran, ada begitu banyak harapan kemauan yang terbentang didepan mata. Sebuah harapan yang maha dahsyat, akan perubahan yang di harapkan. Perubhan yang didambakan tentu adanya perubahan cara berpikir dalam memandang dakwah, perubahan cara berpikir dalam menganalisa, merencanakan serta merealisasikan agenda-agenda kerja dakwah, serta menata dan mendesain organisasi yang lebih professional. Tapi, perubahan besar yang diharpakan dan menjadi dambaan semua kader dakwah adalah, adanya perubahan dan penguatan ruhiyah, adanya peningkatan iman untuk terus mendekatkan diri kepada sang khaliq.

Energi Ruhiyah dan Energi Fikriyah merupakan hal asasi yang harus dan di miliki kader dakwah, untuk mengkomunikasikan dengan hikmah nilai-nilai kebenaran Islam, guna memahamkan kebenaran-kebenaran ajaran yang di sampaikan Rasulullah, dalam kerangka membentuk kepribadian muslim dengan mengoptimalkan segala potensi yang di miliki untuk kepentingan Islam.

Harapan-harapan besar ini akan dapat terwujud dan terrealisasi, manakala tradisi-tradisi syuro dan Tarbiyah yang di bangun dalam organisasi dakwah harus hidup, harus terus ditumbuh suburkan, harus terus di rawat dan di jaga dengan mengedepankan asas ukhuwah Islamiyah. Tantangan dakwah yang kita hadapi di Manggarai Barat tentu tidak mudah, selain kondisi geografis yang sangat menantang, kita juga di hadapkan pada pemahaman masyarakat yang masih minim terhadap Islam. Dan pada saat yang sama, tantangan yang kita hadapi juga, adalah tidak terkonsentrasinya umat Islam pada satu tempat dan satu titik, tapi mereka menyebar ke pelosok-pelosok.

Kondisi geografis yang luas dan terpencarnya masyarakat Muslim, menyebabkan kekuatan jasadiyah atau sehat jasmani juga mutlak di butuhkan bagi kader dakwah di daerah minoritas. Naik turun gunung, menerobos hutan rimba raya, lembah lereng kita lewati, dengan kondisi infrastruktur jalan yang rusak parah tentu membutuhkan fisik yang kuat. Kondisi ini membuat kita harus terus menguras energi energy iman, energy berpikir, dan energy fisik dalam mendesain dan merealisasikan dakwah yang dapat menyentuh lerung hati masyarakat.

Modal Dakwah di Daerah Minoritas

Ada begitu banyak hasrat terlintas dan yang berkecamuk dalam alam pikiran, ada begitu banyak harapan kemauan yang terbentang didepan mata. Sebuah harapan yang maha dahsyat, akan perubahan yang di harapkan. Perubhan yang didambakan tentu adanya perubahan cara berpikir dalam memandang dakwah, perubahan cara berpikir dalam menganalisa, merencanakan serta merealisasikan agenda-agenda kerja dakwah, serta menata dan mendesain organisasi yang lebih professional. Tapi, perubahan besar yang diharpakan dan menjadi dambaan semua kader dakwah adalah, adanya perubahan dan penguatan ruhiyah, adanya peningkatan iman untuk terus mendekatkan diri kepada sang khaliq.

Energi Ruhiyah dan Energi Fikriyah merupakan hal asasi yang harus dan di miliki kader dakwah, untuk mengkomunikasikan dengan hikmah nilai-nilai kebenaran Islam, guna memahamkan kebenaran-kebenaran ajaran yang di sampaikan Rasulullah, dalam kerangka membentuk kepribadian muslim dengan mengoptimalkan segala potensi yang di miliki untuk kepentingan Islam.

Harapan-harapan besar ini akan dapat terwujud dan terrealisasi, manakala tradisi-tradisi syuro dan Tarbiyah yang di bangun dalam organisasi dakwah harus hidup, harus terus ditumbuh suburkan, harus terus di rawat dan di jaga dengan mengedepankan asas ukhuwah Islamiyah. Tantangan dakwah yang kita hadapi di Manggarai Barat tentu tidak mudah, selain kondisi geografis yang sangat menantang, kita juga di hadapkan pada pemahaman masyarakat yang masih minim terhadap Islam. Dan pada saat yang sama, tantangan yang kita hadapi juga, adalah tidak terkonsentrasinya umat Islam pada satu tempat dan satu titik, tapi mereka menyebar ke pelosok-pelosok.

Kondisi geografis yang luas dan terpencarnya masyarakat Muslim, menyebabkan kekuatan jasadiyah atau sehat jasmani juga mutlak di butuhkan bagi kader dakwah di daerah minoritas. Naik turun gunung, menerobos hutan rimba raya, lembah lereng kita lewati, dengan kondisi infrastruktur jalan yang rusak parah tentu membutuhkan fisik yang kuat. Kondisi ini membuat kita harus terus menguras energi energy iman, energy berpikir, dan energy fisik dalam mendesain dan merealisasikan dakwah yang dapat menyentuh lerung hati masyarakat.

Kamis, 01 Juli 2010

Keterbukaan PKS Perspektif Manggarai Barat

Gelombang keterbukaan itu sudah mulai pecah, tabir-tabir penghalang keterbukaan sudah mulai kelihatan dan nampak. Beduk keterbukaan itu sudah mulai di tabuh. Asumsi-asmsi inclusive terhadap (harokah Islamiyah) gerakan Islam yang berbasis politik, sudah agak mulai runtuh. Gelombang keterbukaan begitu mengalir deras, seolah pandangan negative para pengamat terhadap gerakan Islam, yang menjadikan politik sebagai salah satu alat perjuangannya, nampaknya tidak memiliki nilai bobot yang maksimum.

Rekomendasi MUNAS II PKS yang menjadikan partai anak-anak muda, menjadi partai terbuka, seolah memberikan angin sejuk bagi masyarakat luas, untuk bisa bergabung dan berjuang bersama PKS. Nampaknya signal keterbukaan itu, meruntuhkan pola kaderisasi PKS yang selama ini berjalan cukup sistematis. Di sisi lain cukup kesulitan bagi kader-kader PKS, untuk membahasakan kembali kata “keterbukaan” tersebut kepada masyarakat umum. Pandangan ini tentu, cukup dilematis bagi kader-kader PKS di NTT, khusunya Manggarai Barat. Karena selama ini, sebelum biola keterbukaan itu di petik, ada begitu banyak masyarakat yang antre untuk ingin menjadi caleg dan pengurus PKS di Manggarai Barat, dengan tanpa melalui proses kaderisasi yang memadai.

Signal keterbukaan itu, tidak hanya memberikan berkah bagi masyarakat luas, akan tetapi signal itu juga dapat di tangkap oleh kalangan non muslim. Hasrat kemauannya untuk bergabung dengan PKS, selama ini mungkin terhambat, karena memang keran itu belum di buka. Namun demikian, kini bola keterbukaan sudah di depan mereka. Ingin rasanya mereka memiliki dan menggiring bersama-sama bola keterbukaan itu.
Ketertarikan mereka terhadap PKS, mungkin saja Partai Dakwah ini cukup bersih dari korupsi, lebih peduli terhadap persoalan masyarakat, karena memang itulah yang di contohkan para politisi PKS. Keinginan masyarakat umum dan kalangan non muslim tersebut, tentu saja kita menyambutnya dengan baik, karena itu adalah indicator bahwa PKS sudah dapat diterima masyarakat luas. Tetapi pada saat yang sama, ada semacam kegelisahan berpikir bagi kader-kader PKS yang sudah lama membangun dan membesarkan partai. Kegelisahan ini semestinya, harus di jawab dengan kompetensi multi talenta oleh kader-kader PKS.

Tidak hanya berhenti disitu, kepiawaian membahasakan kembali kata “keterbukaan” kepada masyarakat luas harus di miliki oleh mereka yang mengaku kader-kader PKS. Idealnya memang adalah, PKS harus mampu menyiapkan instrument untuk memberikan batasan-batasan keterbukaan, kepada masyarakat umum dan kalangan non muslim, yang mau dan berkeinginan bergabung dengan PKS. Kalau ini tidak dilakukan, bisa saja terjadi benturan-benturan pemahaman akan terjadi, dan benturan-benturan itu akan berimbas besar terhadap eksistensi PKS di Manggarai Barat.

Kamis, 24 Juni 2010

Pemilu Kada MABAR : Pertarungan Ideologi

Perubahan-perubahan besar bermula dari mereka yang terus berbuat dan berpikir dengan tanpa mengenal kata putus asa. Mereka terus terlarut dalam mimpi-mimpi masa depan mereka. Meraka tidak hanya berpikir untuk diri sendiri, akan tetapi mereka terus berbuat untuk orang banyak, mereka terus memproyeksi perubahan masa depan. Bagi mereka perubahan adalah keniscayaan yang harus terus di kawal, diperjuangkan untuk menjadi realita. Itulah yang terjadi ketika saya dan beberapa teman DPP PKS Manggarai Barat bertemu dengan keluarga perantau Muslim di Yogyakarta. Ada semacam kegelisahan bersama akan kondisi umat Islam di Manggarai Barat pasca Pileg dan Pemilu Kada. Kegelisahan ini lebih dikarenakan kondisi umat Islam yang belum memahami akan kepemimpinan umat.

Diskusipun di gelar, dengan menghadirkan tokoh-tokoh Muslim dan generasi muda perantaun di Yogyakarta. Yang mewakili generasi tua ada Sayun, M.Si, yang kini menjadi anggota DPRD Provinsi DIY, Saidin, M.Si sesepuh masyarakat Manggarai Barat di Yogyakarta, juga ada Ardi Sehami, S.Ag salah seorang pengusaha sukses di Yogyakarta. Generasi muda di wakili Sabarudin Hamto, Hatta Nasrullah, Nasrudin, Tan Akbar dan beberapa generasu muda yang lainnya. Sementara DPD PKS Manggarai Barat di wakili Ketua DPD PKS Manggarai Barat Umar Said, S.Pt, Sekertarisnya Andi Mamma, A.Md dan saya sendiri Sumardi, S.Pd Ketua Bidang Dakwah dan Kaderisasi DPD PKS Manggarai Barat

Pemilu kada memang sudah usai, namun menyisahkan banyak pertanyaan dan teka-teki bagi umat Islam. Pertanyaan dan teka-teki ini begitu kuat dalam setiap benak peserta diskusi. Pertanyaan tersebut terakumulasi dalam sebuah kalimat “BELUM BERSATUNYA UMAT ISLAM”. Belum bersatunya umat Islam tentu dengan berbagai variable yang melekat padanya. Setidaknya dalam Pemilu Kada 2010, H. Abdul Asis, S.Sos calon wakil Bupati Manggarai Barat yang merupakan reperesentatif umat Islam, yang bergandengan dengan Drs. Antony Bagul Dagur, M.Si.

Belum bersatunya umat Islam dalam memilih pemimpin yang se aqidah, lebih disebabkan karena lemahnya aqidah dan pemahaman umat tentang Islam. Islam bagi mereka hanyalah ibadah ritual semata, seperti shalat, puasa, zakta dan haji. Islam yang komperhensif,kaffah, Syamil Mutakammil belum menjadi ruhiyah aktivitas aqidah dan ibadah mereka. Aqidah yang di anut masyarakat masih hanya sekedar simbolis, keyakinan itu belum menyatu dalam bentuk tindakan nyata, ketika memilih pemimpin. Di samping persoalan lemahnya aqidah dan pemahaman tentang Islam, terbentang di hadapan mata, bahwa sumber daya umat Islam masih rendah, terutama di daerah pesisir dan kepulauan. Kondisi ini menyebabkan mereka rela menjual suaranya dengan rupiah.

Adalah tugas besar kita semua untuk memberikan pemahaman Islam yang kaffah kepada umat Islam di Manggarai Barat. Tugas berat ini, tidak hanya di embankan kepada para politisi Islam. Tetapi ia merupakan tugas yang diembankan kepada Ormas-Ormas Islam, Akademisi Islam, Mahasiswa Islam. Dan yang tak kalah penting adalah peran keluarga perantau Muslim asal Manggarai Barat untuk memberikan doktrin Islam kepada masyarakat Islam di Manggarai Barat. Kita hendaknya harus mampu menjadi Da’I dan Da’iyah yang terus berdakwah untuk membangunkan umat Islam dari tidurnya yang panjang. Pileg dan Pemilu Kada kemarin cukup untuk menjadi pelajaran bagi Umat Islam Manggarai Barat.

Senin, 21 Juni 2010

Sejenak Bersama Anis Matta

Saya mungkin tidak sendirian, ada begitu banyak orang diluar sana , mereka mungkin ratusan , ribuan bahkan jutaan orang, yang mengagumi karya-karya monumental Anis Matta. Ceramah-ceramahnya sangat menggugah perasaan dan pikiran bagi mereka yang terus menyelami lautan pengetahuannya. Anis Matta bukan hanya seorang Pilitisi yang berpiawai, ia juga seorang Mubaligh, motivator yang mampu menjadi inspirator keteladanan, bagi mereka yang pernah mendengar ceramah-ceramahnya. Anis Matta begitu fenomenal, Ia juga bukan hanya orator ulung yang mampu menyihir para pendengarnya. Tetapi, ia juga adalah penulis produktif, yang karya-karyanya banyak di minati banyak kalangan.

Sesuatu yang mungkin sungguh luar biasa bagi orang seperti saya, bisa bertemu dan bertatap muka dengan tokoh sekaliber Anis Matta. Anis Matta adalah tokoh idola saya semenjak mahasiswa. Dan hingga kini, saya terus haus akan karya-karya khasnya. Ingin rasanya hati dan persaan ini terus menyelami lautan samudra pengetahuan Sekjen PKS tersebut.

Tidak pernah terlintas dalam pikiran saya semenjak mahasiswa untuk bertemu dengan Anis Matta. Hal ini bukan karena tidak adanya hasrat kemauan untuk bertemu dan bertatap dengannya. Tetapi ini lebih karena Anis Matta adalah seorang tokoh yang pemikiran-pemikirannya mewarnai lintasan pemikiran nasional dan bahkan internasional. Tidak hanya itu, dalam lerung hati yang paling dalam serta sempat terlintas dalam pikiran saya, Apa iya ya… , orang kecil seperti saya, yang hidup di pelosok desa memungkinkan untuk bertemu dengan Anis Matta yang tinggal nun jauh di Jakarta sana.

Manusia boleh memiliki banyak rencana, tapi Allah pun juga punya rencana, dan yang pasti terjadi adalah apa yang menjadi rencana Allah. Adalah scenario Allah yang telah mempertemukan saya dengan Anis Matta, saat saya menghadiri Acara MUNAS PKS II yang berlangsung di Hotel Ritch Carlton Jakarta. Pertemuan dengannya bukan merupakan kebetulan semata, tetapi pertemuan ini adalah adanya campur tangan Allah.

Sebagai kenang-kenangan pertemuan sesaat dengan sang idola, yang mungkin agak sulit bagi saya untuk melupakannya, dan karenannya pertemuan tersebut adalah pertemuan yang sungguh luar biasa, dan mungkin fenomenal. Saya memintannya untuk berpose bersamanya. Sungguh kebanggan yang luar biasa bagi saya, bertemu, bersalaman, dan sedikit berbicara serta berpose bersama orang seperti Anis Matta.

Hidayat Nurwahid Dalam Kenangan

Tutur katanya penuh santun serta syarat dengan makna, ia begitu ramah saat berjumpa dengan siapa saja. Untaian kata-katanya terlihat jelas bahwa, yang disampaikannya adalah perasaan dan tenaga jiwa yang memang lahir dari hati yang bersih. Siapa saja yang berjumpa dengannya akan memberikan kesan yang mendalam akan kesederhanaan dan kesehajaannya. Sesedarhana dan sesahaja penampilan dan pembawaannya. Itulah kesan dari seorang Hidayat Nurwahid, saat pertama kali saya berjumpa dengannya di Hotel Ritch Carloton Jakarta, saat menghadiri MUNAS II PKS. Sebuah pertemuan yang amat fantastis bagi seorang seperti saya yang datang dari pelosok desa.

Mungkin saya dan juga kebanyakan peserta MUNAS melihat mantan ketua MPR itu melalui Televeisi, serta membaca pemikiran-pemikirannya melalui buku dan mass media. Saya juga yakin dan sadar bahwa saya dan beberapa teman-teman peserta MUNAS tidak di kenal sama sekali oleh Hidayat Nurwahid. Ia mungkin hanya tau bahwa, saya dan teman-teman yang lainnya adalah kader PKS yang mengahadiri acara MUNAS. Tetapi pertemuan pertama yang saya rasakan adalah seolah , saya dan Hidayat Nurwahid kawan lama yang sudah lama tak berjumpa.

Ia begitu ramah, menyapa semua orang-orang yang datang kepadanya. Ada seorang peserta MUNAS yang menghampirinya, hanya untuk memintanya untuk foto bersama. Ketika ia mendekat Justru Hidayat Nurwahid yang terlebih dahulu menyapanya dengan salam, tidak hanya itu, Hidayat pun menanyakan kabar peserta MUNAS tersebut. Dengan sedikit agak malu, peserta MUNAS menjawab salam sang tokoh. Ia begitu dengan sabar berdiri dengan cukup lama, karena ada banyak peserta MUNAS yang menghampirinya hanya sekedar untuk berpose bersama

Saya sepertinya mimpi bertemu dengan Hidayat Nurwahid. Tetapi, sejanak saya sadar bahwa, memang saya betul-betul bertemu, bersalaman dan foto bersama dengan Presiden PKS yang ketiga tersebut. Hidayat NUrwahid adalah orang yang wawasanya sangat luas, pengetahuannya amat mendalam, yang tidak hanya di kenal didalam negeri akan tetapi pemikiran -pemikirannya juga di akui masyarakat internasional.

Saya mempunyai keyakinan yang cukup kuat, bahwa pertemuan saya dengan Hidayat NUrwahid adalah bukan kebetulan. Tapi ia adalah skenaria Allah. Terima kasi ya Allah, Engkau telah mempertemukan saya dengan seorang pemimpin yang rendah hati, yang mungkin barang langka kita jumpai orang seperti Hidayat di negeri yang bernama Indonesia ini.

Jumat, 11 Juni 2010

Saatnya yang Muda Berbicara

Dalam sebuah pidatonya yang cukup fenomenal dan direkam oleh tinta sejarah perjuangan bangsa Indonesia Bung Karno sang Tokoh Proklamator RI pernah mengatakan “ Bawakan saya sepuluh orang pemuda niscaya saya akan mampu menggoncangkan dunia “
Munculnya harapan terkait tokoh muda untuk memegang tongkat kepemimpinan tidak terlepas dari adanya isu pembahuruan. Sepertinya masyarakat sudah jenuh dengan figure lama (status quo). Mereka merasa pergantian pemimpin dari tahun ke tahun sudah jumud dan membosankan, mereka butuh penyegaran. Kejenuhan ini memutar orentasi kepercayaan mereka untuk mencoba mencari pemimpin alternative. Disaat yang tepat munculah tokoh muda yang enerjik yang akhirnya menjadi tempat berlabuh harapan dan mimpi besar akan perubahan. Pemimpin muda yang enerjik tidak akan pernah muncul tanpa adanya ruang dan kesempatan yang panjang yang diberikan kepada tokoh muda.
Banyak wacana yang mempertanyakan kepemimpinan generasi muda terkait kemampuan mereka. Argumentasi yang sering dipakai adalah kalau figur lama saja belum mampu menyelesaikan masalah yang pelik apalagi mereka yang masih miskin pengalaman dan baru saja menjadi pemimpin. Namun demikian tidaklah arif, sekiranya wacana itu justru berputar lebih kencang, dari pada pemberian kesempatan dan dukungan pada generasi muda itu sendiri untuk membangun dan memimpin. Pemberian kesempatan adalah solusi yang tepat dan patut dilakukan sebagai upaya bersama membangun motivasi tokoh muda, untuk berkarya dari pada debat kusir masalah kemampuan yang tak lebih justru malah menjatuhkan mental dan menteror generasi muda secara psikologis.
Kesadaran akan perlunya daerah dan bangsa ini mulai percaya dan memberi kesempatan tokoh muda untuk memimpin harus mulai dibangun. Pemuda harus diberikan kesempatan dalam merealisasikan idealismenya terhadap perbaikan lingkungan strategis yang melingkupinya. Dan disinilah peran nyata tokoh muda sebagai agen perubahan social. Selama yang ini terjadi adalah munculnya psimisme pada tataran elit lama akan kemampuan kepemimipinan muda. Jadi, persoalanya bukan pada masalah kemampuan dan keunggulan dari tokoh muda untuk memimpin. Namun, lebih dari pada tidak diberikannya pilihan yang luas kepada public secara konsisten untuk memilih tokoh muda sebagai pemimpin. Untuk menjawab teka-teki dari generasi status quo, pemuda harus mampu memberikan jawaban empiris intellectual secara rill. Pemuda harus mampu menjadi dinamiator di tengah masyarakat dan menjadi motivator bago orang-orang disekitarnya

Oleh : Sumardi, S.Pd
Ketua Bidang Dakwah dan Kaderisasi
DPD PKS Manggarai Barat

Kita Harus Ciptakan Sejarah Masa Depan Kita

Kalau sejarah di identikkan dengan masa lalu yang di kenang oleh orang-orang masa kini, maka saatnya sekarang kita harus mampu menciptakan sejarah masa depan kita, untuk kemudian dikenang oleh generasi mendatang atau generasi sesudah kita. Selama ini mungkin kita hanya menjadi pembaca sejarah yang amat cerdas, maka sudah saatnya kita harus menjadi actor sejarah, kita harus mampu mengerahkan segala potensi yang kita miliki untuk menjadi pelaku sejarah.
Mungkin kita bertanya, peristiwa apa yang hendak kita cipta sehingga memiliki nilai sejarah yang amat monumental di masa mendatang ?. Tentu peristiwa yang hendak kita cipta adalah peristiwa yang memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitar kita , serta turut memberikan kontribusi bagi peradaban masa depan dengan rentetan peristiwa yang sengaja kita buat masa kini. Sehingga benarlah apa yang di sabdakan Rasulullah Muhammad SAW dalam sebuah hadistnya “khairunnas anfa’uhum linnas” sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat bagi yang lainnya. Hanya mereka yang memiliki ide-ide besar dan gagasan-gagasan besar yang akan bertahan dalam pergulatan sejarah, bukan meraka yang mambawa gagasan-gagasan kerdil yang dapat lenyap dalam lintasan sejarah.
Setiap zaman ada pahlawannya, setiap masa ada pembuat-pembuat sejarah. Sayyid Quthb rela mati di tiang gantung hanya untuk mempertahankan kebenaran di depan penguasa tiran, sehingga kemudian ia di kenang sebagai ideolog dan peletak pertama gerakan pembaharuan Islam abad 20, pemikiran-pemikirannya masih relefan dan menjadi refrensi kaum intellectual masa kini. Bung Karno dalam berbagai pidatonya mampu memberikan spirit semangat yang menggelora kepada bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan yang merupakan hak asasi setiap anak bangsa, hingga akhirnya 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan diri sebagai bangsa yang berdaulat. Bung Karno adalah pahlawan pada masanya, sehingga ia di kenang dengan Bapak Proklamator. Tidak hanya Bapak Proklamator sejarah menyematnya, karena pemikiran-pemikirannya yang amat cerdas, cemeralang dan revolusioner, sehingga sejarah masa kini pun menyebutnya dengan Bapak Revolusi. Dan sejarah adalah rentetan peristiwa masa lalu yang di kenang oleh orang-orang masa kini.

Oleh : Sumardi, S.Pd
Ketua Bidang Dakwah dan Kaderisasi
DPD PKS Manggarai Barat

Rabu, 09 Juni 2010

Rekapitulasi Perhitungan Suara Pemilu Kada MABAR Menalan Korban

Pagi (9/6/2010) suasana kota Labuan Bajo nampak cerah, secarah harapan masyarakat bahwa pesta demokrasi yang baru di gelar (3/6/2010) dapat berlangsung aman, damai, jujur dan adil serta dapat memilih pemimpin yang memberikan Inspirasi keteladanan bagi yang di pimpinnya. Adalah pemandangan umum di pagi hari di Labuan Bajo. Lalu lalang anak sekolahan dan para pegawai kantor memadati jalan-jalan utama Kota Labuan Bajo. Sekitar pukul 09.00 WITA. Sejumlah massa yang menamakan diri gabungan dari tujuh paket peserta Pemilu Kada, mulai berdatangan dengan menggunakan kendaraan roda empat. Mereka merapat dan mendekati Aula Youth Center, tempat KPU Manggarai Barat melakukan rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Kada. Sementara itu, sejak pagi sejumlah aparat kepolisian dan Brimob dengan senjata lengkap sudah berjaga-jaga di sekitar Aula Youth Center. Pantuan kami, puluhan intel yang berpakain premanpun berkeliaran memantau jalannya aksi. Pada saat yang sama pemeriksaan terhadap sejumlah orang yang hendak masuk ke Aula Youth Center mulai di perketat di pintu gerbang. Hanya KPU, PPK, Wartwan dan saksi dari delapan paket yang diizinkan masuk untuk menyaksikan rekapitulasi penghitungan suara. Sekitar pukul 11.00 WITA, panas mentari pun mulai naik. Orasi-orasi para demonstran pun turut panas. Massa mendesak KPU Manggarai Barat agar proses rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Kada di tunda. Karena mereka menilai adanya indikasi kecurangan di sejumlah Desa Kecamatan Sanonggoang yang harus segera di selesaikan.
Sekitar pukul 11.30 WITA, massa aksi sudah tidak sabar lagi untuk merangsek masuk menemui KPU untuk membawa aspirasi mereka. Aksi saling dorong antara massa dengan aparat kepolisian tak terhindarkan. Lemparan batu dan kayu dari demonstran terbang bagai burung yang menyergap mangsanya. Merasa terkena lemparan batu, aparat kepolisian memberikan tembakan peringatan. Namun demikian tidak indahkan para demonstran, kondisi ini membuat polisi mengarahkan senjatanya kearah demonstran. Dan dalam hitungan detik Laus salah seorang demonstran tersungkur terkena peluru.
Laus, mungkin tidak pernah berpikir kalau dirinya tertembak diterjang peluru aparat kepolisian, saat dirinya dan teman-temannya melakukan aksi demonstrasi di depan Aula Youth Center Labuan Bajo . Nasib naas benar-benar datang menimpanya. Sebuah peluru keangkuhan kekuasaan aparat menerjang nyasar menyarang dibagian belakang pahanya. Darah begitu mengalir deras dari pahanya, semua orang saat itu terkesima dan terlarut kesedihan melihatnya. Dan anehnya, aparat kepolisian tidak menghantarnya ke Rumah Sakit terdekat. Seolah memberi kesan Rasain lho, terkena peluru gue. kemudian ia di gotong oleh teman-temannya ke rumah sakit Labuan Bajo untuk mengangkat peluru yang menyarang di pahanya. Hanya air mata yang mengalir membasahi pipi orang-orang disekitarnya. Aksi demonstrasi merupakan salah satu bentuk ekspresi mengemukakan pendapat yang di atur dalam ketatanegaraan Indonesia. Laus dan ratusan temannya datang menyampaikan pendapat dan hanya meminta KPU Manggarai Barat agar proses rekapitulasi penghitungan suaraf tunda, karena mereka menilai adanaya indikasi kecurangan yang mencedrai proses demokrasi di Manggarai Barat.

Semua kita barangkali berpikir, Laus adalah korban keganasan para elit politik yang memperebutkan tahta kekuasaan di Manggarai Barat. Laus hanya datang dari kampung nun jauh di sana, Pacar Kecamatan Macang Pacar ke Labuan Bajo yang tidak tau apa-apa. Mungkin ia di iming-imingi janji manis para politisi yang barangkali tidak mau mengakui kemenangan orang lain dan mencari-cari kesalahan rival politiknya. Sikap para politisi busuk seperti ini tentu belum matang dalam berpolitik.

Tidak hanya massa di luar Aula Youth Center yang panas. Beberapa saksi paket di dalam ruangan rapatpun rebut tak terkendalikan. Saksi meminta agar penghitungan suara pemilu kada di pending, karena adanya indikasi kecurangan. Adu jotos antara penyelenggara pemilu dengan saksi tak terelakkan. Karena kondisinya sudah kacau, pihak KPU menskorsing sidang hingga lima kali. Dan akhirnya sekitar pukul 15.00 WITA rekapitulasi penghitungan suara baru dimulai.
Siapapun yang terpilih dialah pemimpin kita, pemimpin yang dikehendaki rakyat melalui proses yang mungkin sedikit agak demokratis. Semua kita berharap bahwa pemimpin Manggarai Barat hendaknya menjadi Inspirator keteladanan bagi yang di pimpinnya bukan inspirator provokator.

Perolehan Suara Pemilu Kada Kabupaten Manggarai Barat
No PAKET PEROLEHAN SUARA PER KECAMATAN
1 PANJI 3.225
2 FIVA 29.401
3 MASHUR 12.968
4 YES 11.117
5 SAR 2.435
6 PALMA 3.243
7 DAMAI 14.863
8 GUSTI 34.972
SUARA SAH 112.284
Sumber : KPU Manggarai Barat

Oleh : Sumardi, S.Pd
Ketua Bidang Dakwah dan Kaderisasi
DPD PKS Manggarai Barat - NTT