Cari Blog Ini

Kamis, 28 Oktober 2010

PKS MABAR : Bergulat Melawan Tantangan

“Bersama PKS Bekerja membangun NTT”. Kalimat inilah yang menyapa saya, dan teman-teman PKS dari berbagai daerah, ketika memasuki Aula Hotel Kristal di Kota Kupang beberapa waktu lalu, saat mengikuti acara Muswil ke-2 PKS NTT. Kalimat itu memang singkat, padat, namun sarat dengan tantangan dan tentu penuh makna. Menurut saya kader PKS NTT, khususnya Manggarai Barat, tidak hanya di tuntut untuk bekerja keras, tetapi mereka juga dituntut kerja cerdas, dan kerja tuntas. Dari semua kerja-kerja itu, satu lagi yang dibutuhkan oleh kader PKS, yaitu ikhlas dalam berjuang dengan semangat pengorbanan tinggi. Akumulasi dari kerja-kerja itulah, maka cita-cita politik PKS Manggarai Barat lima tahun mendatang akan lebih dapat terwujud.

Tantangan memang selalu ada, karena tantangan adalah sunatullah perjuangan. Sehingga benar apa yang di katakan oleh Mohammad Natsir “lebih baik berhenti berjuang, kalau tidak ada aral rintang menghadang. Jangan-jangan kita berjuang bukan karena mengharapkan ridho Allah, tapi berjuang mengharapkan pujian semu manusia”. Mohammad Natsir benar, tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan, tidak ada pengorbanan tanpa kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas, serta di landasi dengan niat yang ikhlas, tentu mengharpakan ridho Allah.
PKS Manggarai Barat harus bekerja mengerahkan semua potensi yang dimiliki untuk melawan tantangan. Tantangannya memang amat berat, tantangan itu datang dari dua arah yang berbeda. Yang pertama mungkin datang dari diri para kadernya (internal), dan yang kedua tantangan itu datang dari luar para kadernya (eksternal). Tantangan bukanlah sesuatu yang harus dihindari, atau bahkan mungkin melarikan diri dari tantangan, akan tetapi tantangan adalah sesuatu yang harus di hadapi. Itulah logika tantangan.

Ekskulsivisme, masih menutup diri dari pergaulan dan pergualatan sosial, mungkin diantara tantangan yang datang dari internal kader PKS sendiri. Dalam pandangan banyak orang, Kader PKS masih berkutat membentuk keshalihan pribadi, mereka belum melampau jauh dalam upaya membentuk keshalihan sosial. Bukankah bobot dakwahnya semakin tinggi, jika kita mampu membentuk sebuah komunitas, yang tidak hanya shaleh secara individu, tetapi juga shaleh secara sosial. Singkatnya, Pergaulan mereka masih cendrung sesama kader-kadernya.

Tantangan itu justru lebih terbuka dan bersifat massif, ketika PKS berhadapan langsung dengan dunia luar. sebuah dunia yang penuh intrik dan penuh dinamika. Di sisnilah daya imunitas kader PKS akan teruji. Akankah mereka mampu melawan gelombang tantangan itu, ataukah justru mereka terhempas gelombang tantangan yang datang setiap saat, tanpa mengenal waktu dan tempat. Kader PKS harus mampu bergulat dengan pemikiran-pemikiran para kompetitor-kompetitornya. Mereka harus mampu menyelaraskan pengetahuan yang didapat dalam komunitasnya dengan dunia luar. Dengan seperti itu kader PKS akan dapat mensejajarkan diri dengan para kompetitor-kompetitornya. Begitulah semestinya kader PKS bekerja. Bekerja melawan tantangan yang datang dari internal kader PKS sendiri, dan juga tantangan yang datang dari ekstrenal PKS. Selamat bekerja

Rabu, 27 Oktober 2010

Ambisi Politik PKS MABAR

Manggarai Barat harus mampu menghantarkan tiga kader terbaiknya untuk duduk di kursi DPRD pada pemilu 2014 mendatang. Ia merupakan amanat Muswil ke-2 PKS, yang di selenggarakan di Kupang beberapa waktu lalu. Cita-cita itu mungkin sedikit ambisius, atau mungkin saja ia merupakan cita-cita yang teramat realistis. Terlalu ambisius karena memang mesin partai selama ini, tidak dapat bekerja maksimal, ia hanya bekerja menjelang suksesi pemilu dan pemilukada. Pemberdayaan struktrur dan penguatan basis massa masih jauh dari ideal. Dan pemilu legislatif kemarin bisa di jadikan cermin berpikir kita bahwa, perolehan dua kursi Aleg PKS nampaknya seperti telur di ujung tanduk, . Kalau saja kita lengah dan sedikit tidak angkat bicara, sudah bisa di tebak kursi itu akan hengkang dari dekapan kita. Sebuah perjuangan yang teramat luar biasa dan tentu melelahkan.

Cita-cita itu juga bisa di katakan realistis bahkan sangat teramat realistis, karena memang jumlah wajib pilih muslim di Manggarai Barat hampir 22.000, dan idealnya memang dari jumlah wajib pilih itu, umat Islam mampu menghantarkan 6 atau 7 kader terbaiknya untuk duduk di kursi DPRD. Persoalannya adalah berapa jatah PKS dari jumlah kursi itu ?. Tidak mudah memang merekapitulasi angka-angka kemenenagan, ada banyak variabel yang melingkupi angka-angka kemenangan itu.

Kini, bola kemenangan itu sudah ada di depan mata kita, bola kemenangan itu sudah hampir dalam dekapan kita, dan bola kemenangan itu akan terus menggelending, yang kalau saja kita masih pesta pora dengan angka kemenangan perolehan kursi pada pemilu kemarin, bisa saja bola kemenangan itu menjauh dan lenyap dalam pandangan kita. Tapi ceritanya mungkin sedikit berbeda, jika kita mampu menangkap bola itu, lalu kemudian kita menggiringnya dengan teknik yang agak berbeda dengan para kompetitor-kompetitor kita, maka angka 3 kursi itu bagi kita nampaknya angka minimum dan tentu kita bisa dapat lebih dari itu.

Maka yang mesti kita lakukan untuk merealisasikan cita-cita kemenangan itu adalah, segera melakukan konsolidasi internal , merapatkan shaf, merapikan barisan. Kita harus gerakkan seluruh mesin struktur sebagai ujung tombak perjuangan, maksimalkan seluruh potensi struktural untuk sebuah cita-cita besar akan kemenangan. Dan dari semua itu, kita harus mampu menciptkan kesan di benak publik. Kesan yang hendak kita ciptakan, haruslah ia terbentuk menjadi pola pikir masyarakat. Dan lebih jauh dari itu, kesan yang hendak kita ciptakan haruslah menjadi buah bibir masyarakat. Sehingga kesan itu akan mengkristal dan mewujud menjadi sikap masyarakat, dan bahkan lebih dari itu, kesan yang kita ciptakan akan menjadi pilihan politik masyarakat pada pemilu 2014 mendatang.

Rabu, 20 Oktober 2010

Menggugat Peran Intelektual Mahasiswa Islam MABAR

Peristiwa itu tidak pernah terpikirkan oleh BJ Habibe, bahkan di luar dugaan bangsa kita. Bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, hanya dalam hitungan detik di balik bilik suara, Timor-Timur lepas dari bingkai NKRI. Sungguh, peristiwa yang memalukan bangsa di mata dunia. Presiden RI yang ke III itu, terlalu PD untuk menyetujui usulan PBB untuk melakukan jajak pendapat. Dan pada saat yang sama, ke-PD-an Habibi, dimaklumi oleh bangsa, untuk menerima tawaran yang fantastis itu, karena memang hampir semua laporan intelejen TNI dan POLRI, jajak pendapat tidak akan mempengaruhi masyarakat Timor-Timur untuk melepaskan diri, dan pergi dari pangkuan ibu pertiwi. Ia mungkin analisis intelelejen yang teramat konyol, yang pernah di negeri ini.

BJ Habibi, TNI dan PLORI, atau bahkan bangsa ini tidak pernah tahu, kalo mahasiswa asal Timor-Timur lah aktor intekeltual di balik semua itu. Menjelang detik-detik terakhir jajak pendapat seluruh mahasiwa Timor-Timur turun door to door mempengaruhi masyarakat Timor-Timur untuk memilih merdeka dan mendirikan negara baru. Mahasiswa Timor-Timur sudah menunaikan tugas sejarahnya, dan tugas itu menempatkan mereka pada panggung kemerdekaan sejarah Timor-Timur. Lalu, bagaimana dengan mahasiwa Islam Manggarai Barat, yang kini tengah bergulat dengan idealisme intelektualnya di negeri rantauan? Akankah mereka mampu menjadi actor sejarah proyek persatuan umat Islam di Manggarai Barat ? ataukah mereka hanya menjadi pembaca sejarah yang cerdas, atau penonoton setia proyek persatuan umat, yang kini tengah di gagas oleh mereka yang peduli akan persoalan tersebut.

Memberikan pendidikan politik akan pentingnya persatuan umat terhadap keluarga terdekat, orang-orang di kampung halaman, atau bahkan orang-orang yang tinggal di desa-desa, merupakan salah satu peran sejarah yang mesti di lakoni mahasiswa Islam Manggarai Barat. Mereka harus mampu meyakinkan keluraga, orang-orang di kampungya bahwa, umat Islam adalah bersaudara. Dan persaudaraan yang di bangun dalam Islam, berdasarkan persamaan Aqidah, bukan berdasarkan ras, keturunan atau golongan. Saya tidak bisa membayangkan, kalau saja mahasiswa Islam Manggarai Barat turun dari tahta idealita intelektualknya dan menyapa masyararakat dengan realitas intelektualnya menjelang suksesi pemilihan pemimpin di daerah ini, saya mempunyai keyakinan yang cukup kuat bahwa, persatuan umat akan dapat terwujud dan lebih jauh dari itu, kemenangan kepemimpinan umat akan dapat terrealisasi.

Peran-peran realitas intelektual itu tidak akan terwujud, kalau saja mahasiswa Islam Manggarai Barat, tidak pernah aktif dan terlibat langsung dalam organisasi-organisasi di kampus. Harapan-harapan itu akan pupus dan kandas di tengah jalan, manakala mahasiswa-mahasiswa Islam Manggarai Barat hanya berkutat antara kos, kampus, kantin, dan kakus atau bahkan mereka suka hura-hura, mabuk-mabukan serta tidak memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk kegiatan-kegiatan yang akan mempertajam pisau analisis intelektualnya. Mereka tidak pernah terlibat dalam diskusi-diskusi ilmiah sebagai wadah tempat bersemainya idelaita intelektual seorang aktivis. Dan merekalah sesungguhnya mahasiswa-mahasiswa yang egois dan apatis, yang kehadirannya kelak sebagai biang keresahan dan kegaduhan di tengah masyarakat. Mereka tidak menjadi solver problem, tapi justru merekalah maker problem. Wahai mahasiswa Islam Manggarai Barat, kaliankah yang di rindukan umat sebagai actor sejarah proyek persatuan umat Islam di Manggarai Barat, ? ataukah kalian justru mengambil peran sebagai pecundang dan pengkhianat persatuan ummat. Salam Mahasiswa

Senin, 18 Oktober 2010

Dicari Pemimpin Umat MABAR yang Berempati

Kecerdasan intelektual, ternyata bukan satu-satuya modal seorang pemimpin. Masih banyak kecerdasan-kecerdasan lain, yang mesti dan bahkan mungkin harus di miliki seorang pemimpin. Saya dan mungkin kita semua, melihat bahwa ada begitu banyak pemimpin-pemimpin di sekitar kita, atau bahkan yang dekat dengan kita sekalipun, tidak memiliki kecerdasan-kecerdasan lain tersebut.

Dalam konteks kepemimpinan Umat Manggarai Barat. Pemimpin yang di harapkan tentu tidak hanya kecerdasan intelektual, berpaiawai dalam berretorika. Tapi, Seorang pemimpin ummat juga harus memiliki kecerdasan spiritual, yang dengannya ia bisa mengendalikan diri, dari hal-hal yang memabwanya kepada Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Dengan kecerdasan itu pula, ia tidak akan hamba kepada harta, bertekuk lutut pada harta. Tapi ia jadikan harta sebagai sarana untuk berderma, sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Atau lebih tepatnya, ia jadikan harta sebagai sarana untuk habluminallah wa habluminannas. Bukankah Rasulullah pernah mengatakan, sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi yang lainnya. khairunnas amfa’uhim linnas.

Tidak hanya sebatas pada kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual, lalu kemudian kita nobatkan seseorang menjadi pemimpin umat. Masih ada kecerdasan manajerial. Yang dengannya ia bisa menginventarisir persoalan umat, untuk kemudian di buatkan blue print proyek pembangunan umat. Dengan kecerdasan manajerial itu pula, ia mampu membuat analisis SWOT atas berbagi persoalan umat. Dan dengan kecerdasan manajerial itu juga, ia mampu berpikir out of the box. Berpikir di luar kelaziman cara kebanyakan orang berpikir. Sigkatnya, pemimpin umat yang di harapkan Manggarai Barat adalah, mereka yang sedikit tidaknya memahami ilmu manajemen.

Kecerdasan emosional, juga merupakan kecerdsan yang harus di miliki oleh pemimpin Umat Manggarai Barat, yang dengannya ia bisa menata perbedaan menjadi rahmat. Dan dengan kecerdsan itu, ia mampu memahami perbedaan sebagai suatu keniscayaan. Karena memang ia adalah kenyataan sejarah,yang tidak bisa di bantah. Dan dengan kecerdasan emosional itu, ia menjadi perekat dan pemersatu simpul-simpul umat yang mungkin selama ini retak, karena perbedaan pandangan tadi.

Kita mungkin tidak pernah berpikir bahwa, kecerdasan berempati juga modal dasar seorang pemimpin. Mungkin sedikit lebih ekstrim, pemimpin yang tidak memeliki kecerdsan berempati, adalah pemimpin yang mati rasa, yang tidak memiliki nurani kemanusiaan. Dengan memiliki Kecerdasan berempati, seorang pemimpin akan lebih peka dan peduli terhadap persoalan orang-orang di sekitarnya, atau rakyat di pimpinnya. Dengan kecerdasan berempati itulah, ia (sang pemimpin) menjadi pelayan umat, bukan di layani umat. Hanya pemimpin yang memiliki jiwa otoratirian lah yang ingin di layani dan di hormati umat. Dan tentu bukan pemimpin seperti inilah, yang di harapkan Umat Manggarai Barat.

Ada satu lagi modal yang harus di miliki seorang pemimpin, yaitu kecerdasan social. Kecerdasan sosialah yang membuat pemimpin di senangi banyak orang, karena kebaikan yang ia berikan. Senyum tulus, tegur sapa, adalah yang di harapkan masyarakat dari seorang pemimpin. Dengan kecerdsan social seorang pemimpin akan memiliki banyak teman. Pergaulannya lebih dinamis, dan masuk kedalam semua lapisan masyarakat tanpa mengenal suku, agama, ras dan keturunan. Adalah bukan pemimpin yang di harapkan umat, mana kala ia menutup diri dari pergaulan social, tidak pernah terlibat dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan social, jarang melakukan silaturahim dengan masyarakat atau mugkin orang-orang di sekitarnya, atau bahkan mungkin juga tetangga terdekatnya sekalipun. Atau bahkan tidak pernah menjadikan kekuasaanya sebagai sarana untuk berbuat dan berkarya untuk ummat. Saya, kamu, atau mungkinkah kita pemimpin yang di cari itu ?. wallahu’alam



Minggu, 03 Oktober 2010

Andai Saja Simpul-Simpul Kekuatan Umat MABAR Kompak ?

Kalau saja simpul-simpul kekuatan Umat Islam Manggarai Barat, bekerja maksimum untuk sebuah proyek peradaban persatuan umat. Kalau saja simpul-simpul itu, tidak merasa kelmpoknya yang paling hebat. Dan kaalu saja simpul-simpul kekuatan umat itu, bekerja dan berkarya menurut bidang garapannya masing-masing. Yakinlah bahwa, persoalan sebesar apapun yang di hadapi umat Islam Manggarai Barat, akan dapat terselesaikan dengan baik. Tentu dengan kerja keras, kerka cepat dan kerja tuntas.

Kita punya MUI, ia adalah simpul kekuatan umat yang sangat strategis untuk membangun persatuan umat. Jika ia bekerja maksimal,maka ia akan mampu merekatkan keretakan umat yang mungkin saja selama ini terjadi. Kita juga punya LPTQ, ia adalah lembaga yang mewadahi pengembangan tilawatil qur’an. Semua kita tentu berharap bahwa, alqur’an bukan hanya sekedar bacaan untuk kemudian di lombakan. Tapi, ia adalah petunjuk yang dapat mengarahkan umatnya menajadi umat yang hanif, takut akan kebeseran Allah.

Kita juga punya Muhammadiyah, ia adalah simpul kekuatan umat yang kalau saja, ia terus melakukan pembinaan umat melalui lembaga pendidikan yang ia dirikan, bukan tidak mungkin akan lahir para pemikir-pemikir dan intelektual-intelektual Islam Manggarai Barat di masa mendatang. Kita juga punya Nahdlatul Ulama dan Nahdaltul Wathan, mereka adalah simpul kekuatan umat, yang kalau saja majelis-majelis ta’lim yang mereka dirikan terus mengarahkan umat untuk terus bertaqrab kepada Allah. Maka akan lahir umat-umat yang memahami Islam, yang tidak hanya di ucapkan dengan lisan, tapi ia juga di yakini dengan hati, serta mampu meng-operasionalisasi-kan ajaran islam dalam kehidupan nyata.

Di Manggarai Barat juga punya madrasah-madrasah, ia adalah laboratorium pendidikan yang akan melahirkan cendikiwan-cendikiwan dan pemimipin-pemimpin tangguh di masa mendatang. Dan pada saat yang sama, kita juga punya ikatan Imam dan Khatib se- Manggarai Barat, ia adalah simpul-simpul persatuan yang dekat dengan umat, yang kalu saja ia optimal dalam membimbing, membina dan mengarahkan umat kepada persatuan umat maka, akan terjadi evolusi besar-besar cara berpikir umat Manggarai Barat, dari cara berpikir sempit yang mementingkan diri dan golongan, berubah dan mewujud menjadi cara berpikir terbuka, dan siap menerima segala perbedaan pandangan.

Kita juga punya remaja masjid, namun ia nampaknya mati suri, tak beraktifitas, tapi eksistensi kelembagaanya masih ada. Kalau saja remaja masjid, punya segudang aktifitas yang mengarahkan generasi muda kepada hal-hal yang bermanfaat, yakinlah bahwa tidak ada lagi cerita anak-anak remaja Islam di Manggarai Barat, yang suka hura-hura, yang suka mabuk-mabukan, dan kenakalan khas remaja lainnya. Remaja adalah pusaran energi peradaban, yang tidak hanya fisiknya yang kuat, tapi pemikirannya juga melampaui ketegaran jasadnya. Pisau analisis pemikiranya masih jernih, dan masih bebas dari kepentingan.

Sekali lagi, kalau saja simpul-simpul kekuatan umat tersebut di atas, bekerja dan berkarya menurut bidang garapannya masing-masing, dan terhindar dari penyakit (ashabiyah) merasa diri, kelompok dan golongannya yang paling hebat dan berperan. yakinlah bahwa, cita-cita besar umat Islam Manggarai Barat, untuk mewujudkan kepemimpinan ummat di masa mendatang, pasti akan terrealisasi . Dan sebetulnya, ini hanya masalah waktu. Sekali lagi hanya WAKTU.