Cari Blog Ini

Jumat, 21 Januari 2011

Pendekatan Perubahan

Dalam berbagai literature perubahan menyebutkan setidaknya perubahan bermula dari perubahan induvidu. Dalam bahasa yang sangat sederhana AA Gym memformulasikannya dengan konsep 3 M. Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal-hal terkecil dan Mulai saat ini, (Q.S. Ar-Ra’d : 11). Jika perubahan-perubahan induvidu terwujud, maka yakinlah bahwa ia akan berputar kencang menuju perubahan-perubahan social. Atau perubahan itu berawal dari transformasi diri lalu kemudian mewujud menjadi tranformasi kolektif.

Untuk merealisasikan perubahan-perubahan dimaksud juga harus memiliki metodelogi dan pendekatan-pendekatan yang tepat. Sehingga perubahan yang diharapkan dapat berimplikasi pada terbentuknya masyarakat madani atau civil society. Masyarakat madani yang didambakan adalah masyarakat yang berperadaban tinggi, yang berbasis pada nilai, etika dan religiusitas. Dalam hemat saya setidaknya ada dua pendekatan perubahan yang mesti dilakukan untuk mencapai masyarakat madani tersebut. Pertama adalah pendekatan cultural dan yang kedua adalah pendekatan structural.

Dalam konteks umat Islam Manggarai Barat, nampaknya pola pendekatan perubahan diatas masih sangat relevan dengan kondisi umat yang belum menemukan format yang ideal untuk membangaun kebersamaan. Pendekatan perubahan itu juga setidaknya harus menjadi wacana dan bahan diskusi untuk mengekskusi proyek persatuan umat.

Pendekatan cultural dapat dilakukan dengan penyebaran kader ke berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. Kehadiran mereka ditengah masyarakat diharapkan mampu menjadi perekat dan pemersatu umat. Mereka bukan bicara perbedaan, tapi mereka terus bicara tentang kebersamaan. Dan Mereka terus memberikan pendidikan politik tentang pentinganya kebersamaan dan persatuan umat. Pendekatan perubahan cultural bisa dilakukan secara individu dan juga bisa di lakukan melalui lembaga-lemabaga keumatan, yayasan dan ormas. Secara individu dapat dilakukan oleh tokoh agama, tokoh adat, khatib, dan imam-imam masjid. Sementara secara lembaga bisa di lakukan oleh MUI, LPTQ, lembaga pendidikan, yayasan dan ormas. Perubahan yang diharapkan dari pendekatan cultural adalah bottom-up.

Pendekatan structural dilakukan dengan penyebaran kader umat kedalam lembaga formal seperti legislative dan ekskutif dan sector-sektor lain dalam melayani, membangun dan memimpin umat melalui mekanisme konstitusinal. Tujuan keberadaan kader umat dalam lembaga-lembaga dimaksud adalah untuk turut berkontribusi dalam membangun system, membuat kebijakan yang berpihak kepada kepentingan umat. Disamping itu, keberadaan kader umat pada lembaga-lembaga formal tersbut diharapkan mampu mengadvokasi dan mengawal anggaran yang berpihak kepada kepentingan umat. Perubahan yang diharapkan dari pendekatan structural adalah top-down

Kalau saja semua elemen umat Islam Manggarai Barat bekerja menurut bidangnya masing-masing. Dan mereka bekerja untuk sebuah proyek persatuan umat dan tidak merasa bahwa dirinyalah yang paling berperan dalam membangun kebersamaan yakinlah bahwa, cita-cita yang diharapkan kita semua akan lebih cepat terwujud.

Tidak ada komentar: