Perubahan-perubahan besar bermula dari mereka yang terus berbuat dan berpikir dengan tanpa mengenal kata putus asa. Mereka terus terlarut dalam mimpi-mimpi masa depan mereka. Meraka tidak hanya berpikir untuk diri sendiri, akan tetapi mereka terus berbuat untuk orang banyak, mereka terus memproyeksi perubahan masa depan. Bagi mereka perubahan adalah keniscayaan yang harus terus di kawal, diperjuangkan untuk menjadi realita. Itulah yang terjadi ketika saya dan beberapa teman DPP PKS Manggarai Barat bertemu dengan keluarga perantau Muslim di Yogyakarta. Ada semacam kegelisahan bersama akan kondisi umat Islam di Manggarai Barat pasca Pileg dan Pemilu Kada. Kegelisahan ini lebih dikarenakan kondisi umat Islam yang belum memahami akan kepemimpinan umat.
Diskusipun di gelar, dengan menghadirkan tokoh-tokoh Muslim dan generasi muda perantaun di Yogyakarta. Yang mewakili generasi tua ada Sayun, M.Si, yang kini menjadi anggota DPRD Provinsi DIY, Saidin, M.Si sesepuh masyarakat Manggarai Barat di Yogyakarta, juga ada Ardi Sehami, S.Ag salah seorang pengusaha sukses di Yogyakarta. Generasi muda di wakili Sabarudin Hamto, Hatta Nasrullah, Nasrudin, Tan Akbar dan beberapa generasu muda yang lainnya. Sementara DPD PKS Manggarai Barat di wakili Ketua DPD PKS Manggarai Barat Umar Said, S.Pt, Sekertarisnya Andi Mamma, A.Md dan saya sendiri Sumardi, S.Pd Ketua Bidang Dakwah dan Kaderisasi DPD PKS Manggarai Barat
Pemilu kada memang sudah usai, namun menyisahkan banyak pertanyaan dan teka-teki bagi umat Islam. Pertanyaan dan teka-teki ini begitu kuat dalam setiap benak peserta diskusi. Pertanyaan tersebut terakumulasi dalam sebuah kalimat “BELUM BERSATUNYA UMAT ISLAM”. Belum bersatunya umat Islam tentu dengan berbagai variable yang melekat padanya. Setidaknya dalam Pemilu Kada 2010, H. Abdul Asis, S.Sos calon wakil Bupati Manggarai Barat yang merupakan reperesentatif umat Islam, yang bergandengan dengan Drs. Antony Bagul Dagur, M.Si.
Belum bersatunya umat Islam dalam memilih pemimpin yang se aqidah, lebih disebabkan karena lemahnya aqidah dan pemahaman umat tentang Islam. Islam bagi mereka hanyalah ibadah ritual semata, seperti shalat, puasa, zakta dan haji. Islam yang komperhensif,kaffah, Syamil Mutakammil belum menjadi ruhiyah aktivitas aqidah dan ibadah mereka. Aqidah yang di anut masyarakat masih hanya sekedar simbolis, keyakinan itu belum menyatu dalam bentuk tindakan nyata, ketika memilih pemimpin. Di samping persoalan lemahnya aqidah dan pemahaman tentang Islam, terbentang di hadapan mata, bahwa sumber daya umat Islam masih rendah, terutama di daerah pesisir dan kepulauan. Kondisi ini menyebabkan mereka rela menjual suaranya dengan rupiah.
Adalah tugas besar kita semua untuk memberikan pemahaman Islam yang kaffah kepada umat Islam di Manggarai Barat. Tugas berat ini, tidak hanya di embankan kepada para politisi Islam. Tetapi ia merupakan tugas yang diembankan kepada Ormas-Ormas Islam, Akademisi Islam, Mahasiswa Islam. Dan yang tak kalah penting adalah peran keluarga perantau Muslim asal Manggarai Barat untuk memberikan doktrin Islam kepada masyarakat Islam di Manggarai Barat. Kita hendaknya harus mampu menjadi Da’I dan Da’iyah yang terus berdakwah untuk membangunkan umat Islam dari tidurnya yang panjang. Pileg dan Pemilu Kada kemarin cukup untuk menjadi pelajaran bagi Umat Islam Manggarai Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar